Adab bermujahadah



ADAB BERMUJAHADAH
Oleh Agus Moh. Nafihuzuha, S.Ag

Masalah adab adalah hal yang amat penting sekali harus diperhatikan. Baik adab lahir terutama adab batin. Keduanya saling isi mengisi. Adab lahir menyuburkan tumbuhnya adab batin, dan adab batib menjadi jiwanya adab lahir.
Begitu pentingnya masalah adab, dikatakan :
مراعة الأدب مقدم على امتثال الأوامر
“Memelihara adab harus diutamakan dari pada (sebelum) melaksanakan bermacam-macam perintah”.
11. الادب
- الادب : عبارة عن معرفة ما يحترز به عن جمييع أنواع الخطأ. 
12. الظاهر : هو اسم لكلام ظهر المراد منه للسامعبنفس الصيغة, ويكون محتملا للتأويل والتخصيص. (كتاب التعريفات 143 )
-ظاهر العلم : عبارة عند اهل التحقيق عن اعيان الممكنات. (كتاب التعريفات :  143)
13. الباطن :
- الطاهر : من عصمه الله تعالى من المخالفات. (كتاب التعريفات :  140)
- طاهر الظاهر : من عصمه الله من المعاصي. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر الباطن : من عصمه الله تعالى من الوساوس والهواجس. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر السر : من لا يذهل عن الله طرفة عين. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر السر والعلانية :من قام بتوفية حقوق الحق والخلق جميعالسعته برعاية الجانبين.(كتاب التعريفات :140)
Secara umum cara-cara pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah melaksanakan bimbingan-bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah Ra. wa Qs. baik mengenai adab maupun mujahadah-mujahadah dan lain sebagainya.

Adab-adab ketika membaca Sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah :
1.    Supaya dijiwai LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS BILGHOUTS.
Lillah
Artinya, segala amal perbuatan apa saja. Perbuatan lahir dan perbuatan batin baik yang wajib, yang sunnah dan yang mubah,lebih-lebih yang berhubungan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Al Qur’an, baca Sholawat dan sebagainya, maupun yang berhubungan di dalam masyarakat dalam kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, istirahat, mandi, bekerja dan sebagainya, asal bkan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbyatan yang tidak diridloi Alloh, asal bukan perbuatan yang melanggar syari’at dan undang-undang, pokoknya asal bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya disertai niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA’AALA tanpa pamrih suatu apapun. Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi.
Dengan menyertakan niat ibadah LILLAH (dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan yang tidak terlarang dapat mempunyai nilai ibadah, dicatat sebagai badah.
انما الأعمال بالنيات وانما لكل امرئ  ما نوى  (رواه البخارى و مسلم وغيرهما عن عمرو رضي الله عنه)
“Sesunggunya segala amal perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang itu tergantung pada apa yang ia niatkan …….. “ (HR Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar bin Khottob RA).
الأعمال صور قائمة  وأرواحها وجود سر الاخلاص فيها ( الحكم  - 11 )
“Amal perbuatan, amal lahir itu hanya merupakan bayangan/gambar dan ruhnya (jiwanya) adalah adanya rahasia ikhlas di dalamnya”.
Amal yang tidak ikhlas, itu serupa dengan jasad yang tidak ada ruhnya. Seperti gambar hidup atau bangkai/barang mati. Hanya seperti boneka yang tidak bernyawa sama sekali. Ini amal perbuatan apa saja. Seperti sholat, mujahadah, puasa, membaca Al Qur’an dan lain-lain. Semua itu jika tidak disertai dengan niat LILlAH, otomatis hanya sepereti barang yang mati yang tidak memberi manfaat sama sekali.
Di sini istilah “amal”, itu otomatis perbuatan yang boleh digunakan untuk beribadah. maka dari itu segala gerak-gerik, bak berdiam atau bergerak jika betul-betul didasari LILLAH dengan sendirinya menjadi amal, atau amal ibadah. Begitu juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan kehendak Alloh yang digariskan di dalam ayat 56 surat Ad Dzaariyat :
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون ( الذاريات : 56 )
“Dan tidaklah AKU menciptakan jin dan manusia melainkanagar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU”.
Di dalam Wahidiyah – Alhamdulillah, dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di samping terus menerus melatih hati dengan niat LILLAH seperti di atas alhamdulillah diberi banyak kemajuan danpeningkatan di dalam hal beribadah kepada Alloh dengan niat ikhlas LILLAH tersebut.

Billah
Artinya, di dalam segala pebuatan dan gerak-gerik lair maupun bati, di manapun dan kapanpun saja, supaya hati senantiasa merasa bahwa semua yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah Alloh SWT Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri.
Jadi mudahnya, menerapkan dalam hati makna dari : لا حول ولا قوة  الا بالله
Menerapkan firman Alloh dalam surat Ah Shoffaat ayat 96 :
و الله خلقكم وما تعملون  ( 37 الصفات : 96 )
“Dan Alloh-lah yang menjadi kankamu sekalian dan apa-apa yang kamu sekalian perbuat”.
BILLAH dalam penerapannya itu menyeluruh baik perbuatan itu halal maupun terlarang, perbuatan baik maupun perbuatan buruk, dalam taat atau dalam melanggar dan lain-lain, itu tetap BILLAH. Pokoknya hati kita dalam menyaksikan makhluq, bagaimana keadaannya makhluq itu, supaya hati senantiasa merasa BILLAH. Hati menyadari bahwa wujudnya makhluq, geraknya makhluq, diamnya makhluq itu semua dari Alloh SWT.
BILLAH itu bidang hakikat sedang penerapannya di dalam hati kita. Sedangkan LILLAH itu bidang syari’at penerapannya dalam lahiriyah kita. Baik LILLAH maupun BILLAH didalam kita berbuat atau beribadah harus diterapkan bersama-sama di samping ajaran yang lain.

Lirrosul
Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja asal tidak melanggar syari’at Rosul di damping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai niat mengikuti tuntunan Rosululloh SAW !. Jadi dalam segala perbuatan apa saja asal tidak melanggar syari’at islam, niatnya harus dobel. Niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
Dengan tambahannya niat LIRROSUL di samping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian ikhlas semakin bertambah bersih. Tidak mudah di goda oleh iblis, tidak mudah disalahgunakan oleh kepentingan nafsu.
Adapun dasar penerapan LIRROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam Al Qur’an. Antara lain :
وأطيعوا الله ورسوله ان كنتم مؤمنين ( 8 الأنفال : 1 )
“Dan taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL) jika kamu sekalian orang-orang yang beriman”.

Birrosul
Ini termasuk bidang hakikat seperti halnya BILLAH. Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah bidang syari’at.
Penerapan BIRROSUL adalah di samping sadar BILLAH seperti di atas supaya juga sadar dan meras (rumongso dan keroso bahasa jawa) bahwa sgala sesuatu termasuk diri kita dan gerak gerik kita lahir dan batin yang diridloi Alloh, adalah sebab jasa Rosululloh SAW.
Jadi segala langkah dan gerak gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari’at Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam hati kita harus merasa menerima jas dari Rosululloh SAW. Jasa tersebut terus menerus mengalir berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Beliau, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosululloh SAW, menjadi ‘adam seketika.
Langit bumi dan seisinya termasuk manusia adalah rohmat kasih Alloh SWT yang disalurkan melalui Rosululloh SAW. Sebagaimana firman-NYA :
وما أرسلناك الا رحمة للعالمين ( الأنبياء : 108 )
“Dan tiadalah AKU Mengutus Engkau (Muhammad) melainkan rahmat bagi seluruh alamin”.

Dengan mengetrapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL seperti di atas maka manusia mendudukkan dirinya sebagai hamba Alloh yang benar dan menjadi ummat Muhammad SAW  yang benar.
2.    Harus betul-betul dengan niat yang ikhlas tulus Lillahi Ta’aala beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tanpa pamrih sedikitpun. dan jangan sampai merasa atau mengaku mempunyai kemampuan sendiri !. Disertai takdhim, mahabbah, memulyakan, dan mencintai Rosululloh SAW, setulus hati.
3.    Istihdlor, yaitu merasa seperti benar-benar berada di hadapan Rosuululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, jadi memohon kepada Alloh dihadapan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan khusuk dan tawadlu’ lahir batin sebaik-baiknya !.
4.    Bacaan-bacaan harus sesuai dengan tajwid dan makhrojnya dan hati harus selalu berusaha untuk senantiasa hudlur !
5.    Menghayati makna dan arti sholawat yang dibaca (bagi yang mampu).
6.    Tadzallul ; merasa rendah dan hina sehina-hinanya dan nelongso.
7.    Tadhollum ; merasa dholim dan berlarut-larut penuh dengan dosa. Segala dosa terhadap siapa saja harus diakui dengan jujur.
8.    Iftiqor ; merasa butuh sekali kepada ampunan dan rohmat kasih dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala, butuh kepada syafa’at dan tarbiyah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, butuh terhadap barokah karomah, nadhroh dan do’a restu dari Ghoutsi Hadzaz Zaman dan para auliya’ kekasih Alloh Rodliyallohu ‘Anhum.
9.    Dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah atau yang disebut Mujahadah Wahidiyah gaya dan lagu harus seirama dan mengikuti tuntunan yang diberikan oleh Beliau Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef yang disalurkan lewat Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.
10. Ketika Mujahadah berjamaah, lebih-lebih jika menggunakan pengeras suara, suara harus tidak terlalu keras dan menonjol, tetapi juga jangan terlalu lemah. Ini peting jarus diperhatikan terutama yang memimpin atau Imam Mujahadah pokoknya jangan menimbulkan gangguan terhadap kawan Mujahadah.
11. Ketika tasyaffu’an (dilagukan) bersama-sama dengan menggunakan pengeras suara, mikropon jangan dimonopoli oleh satu dua suara saja. Semua suara harus dapat masuk dengan seragam ke dalam mikropon terkecuali untuk memberi aba-aba pada pertama kali.
12. Ketentuan tersebut di atas merupakan sebagian dari pada adab-adab membaca Sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah. maka penyimpangan-penyinpangan dari ketentua di atas dikhawatirkan melanggar haddul adab yang bisa mengganggu dan merusak sirri-sirri fadlilahnya Sholawat.



































Untuk lebih jelasnya sehubungan dengan  Sholawat wahidiyah terutama yang tertera dalam lembaran Sholawat wahidiyah diantaranya sebagai berikut :

1. BISMILAAHIR RAHMANIR RAHIIM
Agama Islam telah memberikan tuntunan bagi penganutnya, agar di dalam melaksanakan segala perbuatan yang diridloi Allah Subhaanahu Wata’ala supaya sebelumnya membaca basmalah.
قال رسول الله صلى عليه وسلم :  "واذ ا ابتدا فى شيئ قال بسم الله الرحمـن الرحيم"
 (رواه ابن صرصرى ,في نصائح العباد ص  29 )
Rasulullah shallalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika orang mau memulai sesuatu bacalah” Bismillahirroh manirrohiim” (Hadist Riwayat shurshuriiyu, dalam kitab Nashoichul ibat halaman 29 )
قال رسول الله صلى عليه وسلم : "كل امر ذي بال لايبداء فيه بحمد الله فهو اقطع"
(عن ابى غيريره رضى الله عنه  نصائح العباد ص 3 )
Rasulullah shallalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap perkara yang mempunyai kebaikan apa bila tidak dimulai dengan memuji kepada Alloh subhanalloh wata’ala maka amal tersebut putus barokahnya : ( H R dari Abi Huroiroh Rodliyalloohu Anhu  Nashoikhul ibat halaman 30 )

2. HUDLUR
Hudzur ialah : Hatinya selalu berkonsentrasi kepada Alloh subhanalloh wata’ala[1]
(واماالخضور )فهو خضور العبد بالحق بعد غيبته عن الخلق  (جامع الاصول فى الاولياء ص 321)
Ada pun yang dinamakan chudlur adalah hudzurnya seorang hamba dengan kholiknya (penciptanya) itu setelah hilannnngnya hamba dari mahluq (Jamiul usul halaman 321 ).

-المحاضرة : خضور القلب مع الحق في الاستفاضة من اسمائـة تعالى .   (كتاب التعريفات : 205)
-واما الحضور :  فقد يكون حاضرا بالحق لانه اذا غاب عن الخلق حضر بالحق, على معنى : أن يكون كأنه حاضرا, وذلك لاستلاء ذكر الحق على قلبه, فهو حاضر بقلبه بين يدي رب تعالى, فعلى حسب غيبته عن الخلق يكون حضوره بالحق, فأن غاب كليا كان الحضور حسب الغيبة, فاذا قيل : فلان الحاضر, فمعناه : انه حاضر بقلبه لربه, وغير غافل انه ولاساه  (الرسالة القشيرية : 70)

3. ISTIHDLOR :
Istihdlor ialah marasa di hadapan Rosuululloh shollallohu’alaihi wasallam wa Ghoutsuhaadzaz Zaman Ra dengan ketulusan hati, Ta’dhim ( memulyakan ) dan mahabbah ( mencintai ) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya. [2]    
قال رسول الله صلى عليه وسلم  من ذكرنى فقد ذكرالله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى علي ناطق بذكرالله (سعادة الدارين )
 “Barang siapa dzikir kepadaku,maka sungguh ia dzikir kepada Alloh dan barang siapa cinta kepada ku, maka sungguh ia cinta kepada Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepadaku, ia mengucapkan dengan dzikir Alloh “  ( Sa’adatuddaroini  )[3]

4. TA’DHIM
Ummat Islam adalah Ummat yang beraklaq mulia baik yang berhubungan kepada Alloh atau kepada manusia sesuai dengan Syari’at yang dituntunkan  Rosululloh  Shollallohu 'alaihi wa sallam.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengetahui sebutan-sebutan sebagai panggilan kepada seseorang yang diatasnya seperti : Bapak pimpinan !, yang terhormat, yang mulia, Tuan dan lain sebagainya,  sebutan-sebutan tersebut bukan lain adalah untuk menghormat atau mengagungkan kepada pihak yang lain.

Sebutan-sebutan kepada orang yang di atasnya saja  seperti itu, maka sewajarnya kalau ummat Islam menggunakan sebutan untuk menghormat atau mengagungkan Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam yang sudah kita ketahui bahwa Beliau adalah semulia-mulia manusia, sebaik-baik makhluk dan orang yang bisa dipercaya lebih dari manusia yang lain di sisi Alloh Subhaanahu wa ta'aala. Penghormatan seperti itu adalah wajar, karena memang Beliau pantas untuk menerima penghormtan atau pengagungan dari ummatnya hal ini adalah pelaksanaan perintah Alloh Subhaanahu wa ta'ala.  Jangankan manusia Alloh sendiri telah memuji kepada Rosululloh  seperti dalam Firman-NYA :
وانك لعلى خلق عظيم (القلم :4)
Dan sesungguhnya bahwa Engkau (Muhammad) berbudi pekerti luhur. (QS. Al Qolam : 4 )
Ayat di atas menunjukan bahwa Alloh sebagai Kholiq saja telah mengagungkan dengan pujian seperti itu, apalagi kita sebagai ummat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mestinya juga mengagungkan kepada Beliau. Bagaimana seseorang harus bersikap kepada Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam, Alloh telah memberikan perintah melalui Firman-NYA dalam Al-Qur’an  :
ولا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا( النور : 63)
Janganlah kalian memanggil Rosul sebagai mana kalian memnggil satu sama lain diantara  kalian (QS. An-Nur : 63 ) 
ياايها الذين امنوا لاترفعوا اصواتكم فوق صوت النبى ولاتجهروا له بالقول كهجر بعضكم لبعض ان تحبط اعمالكم وانتم لاتشعرون    (49- الحجرات : 2)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah mengeraskan suara kalian lebih tinggi dari suara Nabi, dan jangan kamu keraskan perkataanmu kepada-Nya, seperti kekeraskan (perkataan) setengah kamu kepada yang lain, (karena takut) akan hapus (pahala) beberapa amalmu, sedang kamu tiada sadar  (Al-Hujurat : 2)
ان الذين ينادونك من وراء الحجرات اكثرهم لايعقلون (49- الحجرات :4)
Sesungguh orang-orang yang memanggil Engkau (yaa Muhammad) dari luar bilik (kamar), kebanyakan mereka tidak berakal. (QS,. 49 Al-Hujurat : 4)
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui, bahwa kita umat Islam diperintah untuk mengagungkan dan memulyakan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dilarang bertindak dan berbicara mendahului beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dilarang bersuara keras dalam berbincang-bincang dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dilarang memanggil nama beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebutan seperti kita menggunakan sebutan untuk memanggil sesama kita. Kesemua perintah dan larangan tersebut adalah merupan bentuk budi pekerti kita yang berhubungan dengan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada sebagian orang berpendapat bahwa mengagugkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ini disamakan dengan kaum Nasrani mengagugkan nabi Isa ibnu Maryam a.s., sehingga dihukumi sebagai perbuatan yang menyekutukan Allah swt. Pendapat seperti ini menurut kami tidaklah tepat, karena kita mengagungkan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan perbuatan yang memandang martabat beliau (secara menyeluruh) paling tinggi dibanding dengan semua mahluk yang lain, bukanya kita mensejajarkan martabat beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan martabat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan kaum Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa Almasih bukan mengagungkan sebatas utusan Allah namun mereka mempunyai kepercayaan dan keyakinan bahwa Isa Almasih adalah anak tuhan.
Pendapat yang menyamakan antara mengagungkan dengan menyembah, itu pun tidak dapat diterima, karena bila pengertian tersebut dianggap sama maka apalah jadinya dunia ini, para penghuninya tidak berakhlak, takut kalau mengagungkan orang yang berkedudukan diatasnya dihukumi menyembah selain Allah, menyekutukan Allah, kafir sesat dan masuk neraka.

1.    Para malaikah bersujud kepada nabi Adam a.s. karena diperintah Allah, apakah penghormatan seperti itu di anggap menyembah?
2.    Rasulullah selalu merendahkan bahunya bila bertemu sahabatnya, apakah juga penyembahan?
3.    Pujaan Allah kepada Rasul-Nya (Al-Qolam :4), apakah juga penyembahan.?
4.    Para pejabat memanggil atasannya Yang Mulia, apakah juga penyembahan ?.
5.    Orang jawa, setiap lebaran bersimpuh pada orang tuanya yang duduk di kursi, apakah juga penyembahan.?
6.    Sebutan Sultan Agung kepada salah satu pahlawan pengusir penjajah, apa juga penyembahan?
 Kesimpulan :
1.    penghormatan atau pengagungan terhadap seseorang yang mempunyai hak untuk dihormati atau diagungkan, itu sesuai dengan syare’at islam.
2.    Pengagungan tidak sama dengan penyembahan.
3.    Orang yang memanggil nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan “Hai Muhammad !” atau Hai Abu Qosim !” adalah perbuatan tidak beradab yang menyalahi Al Qur’an.
4.    Panggilan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan “Ya Nabiyalloh”, “Ya Rosuulalloh”, “Ya Sayyida Waladi Adam”, “Ya Ashhabal Yamin” dll adalah mengikuti petunjuk Alloh.
والافضل الاءتيان بلفظ السـيادة كماقال ابن ظهيرة وصرح به جمع وبه افتى الشارح لان فيه الاتيان بماامرنا به وزيادة الا ختيار بالواقع االدي هوادب فهو افضل من تركه ( نهاية مهجه )
Yang lebih utama mendatangkan lafadz siyadah (ketika menyebut nama Rasululloh shollallohu’alaihi wasallam) sebagaimana yang dikatakan Ibnu Dhohiroh dan sebagian juga menjelaskannya, demikian juga fatwa syaikh Syarih karena sesungguhnya menggunakan lafadz siyadah itu melaksanakan sesuatu yang telah diperintah kepada kita, sedangkan beberapa tambahan di atas adalah lebih utama dari pada meninggalkannya ( Nihayatul Muhjah hal – 509 )
فاذا صليتم فصلوا علي تعظيما (عن انس بن مالك في نهاية مهجة  ص: 57 )
Maka ketika kamu semua membaca Sholawat maka bacalah Sholawat kepadaku dengan ta’dhim ( Dari Anas bin Malik  : Nihayatul muhjah – halaman – 57 )


5.TADZOLUM
ان الانسان لظلوم كفار (14 – ابراهيم : 34 )
“Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan sangat mengingkari (Ni’mat Allah)”
(QS. 14- Ibraahiim : 34)
قال الشيخ العارف الكامل نصربن محمد بن ابراهيم السمرقندي : "ليس شيئ من الذنوب اعظم من الظلم (تنبيه الغافلين : 136)
Berkata syekh Al-Arif Al-Kamil Nashru bin Muhammad bin Ibrahim Al-Samarqandy : “Tidak ada dosa yang paling besar dibanding dengan dholim (aniaya)” (Tambihul Ghafilin: 136)[4]
Di dalam Mujahadah Wahidiyah diberi tuntunan mengenai cara-cara dan adab-adab lahir batin, terutama dalam hubungannya kepada Allah wa Rasuulihi shollallohu’alaihi wasallam, diantaranya mengakui dengan jujur terhadap segala dosa-dosa kita, dan bahkan harus merasa menjadi sumber segala dosa. Merasa dholim bahkan merasa menjadi sumber segala kedholiman di dunia. Tidak ada orang lain yang lebih buruk, lebih berlarut-larut, lebih dholim, penuh berlumuran dosa dari pada saya. Dosa kepada Allah wa Rasulihi shollallohu’alaihi wasallam, dosa kepada Ghoutsu Haadzaz-Zaman radliyalloohu ‘anhu, dosa kepada orang tua, dosa kepada keluarga, dosa terhadap tetangga, kepada pemimpin kepada rakyat terhadap bangsa dan negara, terhadap agama, dosa terhadap umat masyarakat, terhadap sesama mahluk pada umumnya. Pokoknya, merasa berdosa sumber segala dosa !.

      
6. MAHABBAH

Mahabbah atau cinta, yang dimaksud di sini adalah cinta kepada Alloh wa Rosuullihi shollallohu’alaihi wasallam, cinta kepada Ambiak wa mursalin wal malaaikatil muqorrobin ‘alaihimus sholaatuwassalam, cinta kepada para keluarga dan sahabat beliau-beliau  dan kepada para auliya’ kekasih Alloh Rodiyallohu ta’ala ’anhum, cinta kepada para ulama’, kepada pemimpin kepada orang tua dan keluarga dan seterusnya, umumnya kepada segenap kaum mukminin mukminat muslimin muslimat dan kepada segala makhluq ciptaan Alloh  pada umumnya.

Cinta kepada kholiq, harus cinta juga kepada makhluq ciptaannya. Akan tetapi cinta kepada kholiq sudah barang tentu harus tidak sama dengan cinta kepada makhluq-Nya. Dalam prinsipnya segala makhluq berupa dan berbentuk apa saja dan bagaimanapun wujudnya, kita harus cinta. Kita cintai karena ia adalah ciptaan Alloh. Sekalipun berupa sesuatu yang menjijikkan, atau menakutkan sekalipun berupa maksiat atau munkarot sekalipun, atas pengertian bahwa ciptaan Alloh, kita harus cinta akan tetapi di samping itu, di samping cinta, kita diperintah supaya menjauhkan diri dan tidak menyukai maksiat dan munkarot. Jadi pandangan harus dobel. Di samping cinta atau senang, harus pula tidak senang, harus menjauhkan diri dari padanya. Kita senang terhadap dzatiyahnya maksiat dan munkarot mengingat itu adalah ciptaan Alloh yang kita cintai. Dan kita harus tidak senang dan harus menghidarkan diri dari perbuatan maksiat dan munkarot karena memang diperintah begitu oleh Alloh.

Jadi kita senang atau cinta dzatiyahnya maksiat dan munkarot karena sama-sama ciptaan Alloh dan kita harus tidak senang kepada perbuatan maksiat dan munkarot karena dilarang melakukannya. Hanya senang dan cinta saja kepada maksiat dan mungkarot, tidak membenci dan menjauhi, berarti melanggar perintah. Dan hanya membenci saja, tidak ada rasa senang sebagai itu makhluq, berarti melukai kepada makhluq. Melukai atau lebih-lebih menghina makhluq, berarti juga melukai kepada Kholiq penciptanya.

Ada suatu hikayah, pernah kejadian, ada seorang nabi ‘ala nabiyyina wa’alaihissolaatu wassalam pada suatu ketika melihat seekor anjing yang ma’af  -bermata empat dan menjijikkan. Beliau nabi tersebut – ma’af berkata dalam hatinya : “Anjing  kok bermata empat menjijikkan sekali”. Tak terduga-duga  anjing tersebut menjawab: “Tuan mencari saya, jijik terhadap diri saya, itu sama saja mencaci yang menciptakan saya”. Nabi tersebut menjadi terkejut dan sepontan lalu bertaubat dengan memohon ampun kepada  Alloh.

Cinta atau senang maupun benci atau tidak senang itu harus didasari LILLAH-BILLAH. Jika tidak dijiwahi LILLAH BILLAH, otomatis dasarnya adalah nafsu LINNAFSI BINNAFSI. Dan jika Linnafsi Binnafsi pasti ada pamrih untuk kesenangan nafsu. Cintanya cinta gadungan, cinta palsu, tidak mulus, tidak murni, bukan cinta sejati. Cinta sebab ada udang dibalik batu. Ini membahayakan. Jika apa yang menjadi daya tarik cinta itu hilang atau tidak  kelihatan, menjadi tidak cinta lagi. Begitu juga benci atau tidak senang. Harus dijiwai  LILLAH BILLAH. Jika tidak, berarti hanya nuruti kemauan nafsu, bukan dasar menjalankan  perintah .    

Seperti keterangan di atas, cinta kepada makhluq harus tidak sama cinta kepada kholiq. Cinta kepada makhluq haruslah hanya sebagai realisasi atau pelaksanaan cinta kepada  kholiq. Atau sebagai manivestasi atau cetusan rasa cinta kepada kholiq. Jangan memadu cinta antara cinta kepada kholiq dan cinta kepada makhluq. Berbahaya sekali. Lebih-lebih  jangan sampai cinta makhluq sampai mengalahkan cintanya kepada kholiq. Alloh berfirman :
قل ان كان ابا ؤكم وابناؤكم واخوانكم وازواجكم وعشيرتكم وامول اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومسكن ترضونها احب االيكم من الله ورسوله وجهاد فى سبيله فتربصوا حق يامره  والله لايهدى القوم الفاسقين  (9 – التو بة :24 )
Katakanlah (wahai Muhammad), jika bapak-bapak kamu sekalian dan anak-anak kamu sekalian dan saudara-saudara kamu sekalian dan suami / istri kamu sekalian dan  keluarga  kamu sekalian, dan harta benda yang kamu sekalian kumpulkan, dan perniagaan yang kamu sekalian takut menderita rugi dan rumah tempat tinggal yang sekalian senangi, jika  semuanya itu lebih kamu sekalian cintai dari pada Alloh wa Rosuulihi Sholallohu ‘alaihi  wasallam dan dari pada perjuangan di jalan Alloh, maka bersiap-siaplah sampai Alloh  menurunkan perintah penyiksaan-NYA; dan Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada  orang-orang yang fasik” ( 9-At- Taubah – 24 ) .

Mari kita renungkan, kita koreksi diri kita masing-masing. Dan mari senantiasa usaha meningkatkan mahabbah kita kepada Alloh wa Rosuulihi  SAW .
لايؤمن احدكم حتى اكون احب عليه من نفسه وماله والناس اجمعين.رواه البخارىومسلم واحمدوالترمذىوابن ماجة عن انس
“Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri, bertanya dan manusia semua” ( Riwayat Bukhori, Muslim, Ahmad Turmudzi dan Ibnu Majah dari Anas )

Jadi cinta kita kepada badan kita sendiri, kepada orang tua, kepada suami istri kepada keluarga dan lain-lain itu seharusnya hanya sebagai pelaksanaan atau cetusan rasa cinta kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Ini dapat timbul dari hati yang senantiasa mengetrapkan LILLAH BILLAH LIROSUL BILROSUL dan LILGHOUTS BILGHOUTS dan rajin melakukan mujahadah Wahidiyah serta memperbanyak tafakkur. Tafakkur di dalam ke-Agungan Alloh, tafakkur kepada kebesaran, kemulyaan dan keluhuran budi Rosulullah SAW, dan tafakkur tentang keindahan-keindahan yang terdapat pada segenap makhluq Alloh.
Mahabbatulloh dapat bertambah mendalam dan bertambah murni dengan siraman mahabbatur-Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dapat menjadi subur antara lain dengan memperbanyak mengingat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di mana saja kita berada, dan memperbayak membaca sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah serta memperbaiki dan meningkatkan hubungan batin dengan Ghouts Hadzaz-Zaman RA. antaranya lagi mempraktekkan “Haqiiqotul Mutaaba’ati Rukyatul matbu’inda kulli syaiin” seperti kita bahas pada bab “At-Ta’alluq Bijanaabihi SAW “ di muka. Bersabda Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
من احب شيئا اكثر من ذكره (رواه الديلمى عن عائشة رضى الله عنها )
Barang siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut-nyebutnya “ (Riwayat Dailami dari Aisyah RA )
الالا ايمان لمن لا محبة له , لاايمان لمن لامحبة له (الصاوى, الثالث : 41 (
“Perhatikanlah, tidak disebut iman orang yang tidak mempunyai rasa cinta ….( Tafsir Showi juz 3 halaman 41)

Jadi mahabbahtulloh dan mahabbatur-rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu merupakan pakunya iman. Iman tanpa mahabbah adalah iman yang goyah, tidak mantap. Hanya bagaikan plakat tempelan yang mudah luntur mudah lapuk dan mudah mreteli. Pengakuan iman dan mahabbah tidak cukup hanya dengan pernyataan lisan saja. Harus menjadi kenyataan yang meresap ke dalam. Tembus di dalam hati dan buahnya dapat dilihat pada ahwal lahir. Ahwal atau tindakan lahir baik yang hubungan di dalam masyarakat maupun yang yang hubungan kepada Alloh wa Rosuulihi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Mengaku-ngaku iman dan cinta kepada Alloh dan cinta kepada Rosululoh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam tetapi tidak ada kenyataan yang dapat dilihat pada haliyah lahir, jelas suatu pengakuan palsu dan pura-pura, berat sekali akibatnya di akhirat kelak.
ليس فى الجنة نعيم اعلى من نعيم اهل المحبة والعرفة والا فى جهنم عذاب اشدمن عذاب من ادعى المحبة والمعرفة ولم يتحقق بشئ من ذلك
“Di surga tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari pada kenikmatan orang-orang ahli mahabbah dan ma’rifat, dan di neraka tidak ada siksa lebih dahsyat, lebih mengerikan dari siksanya orang yang mengaku-ngaku mahabah dan ma’rifat tetapi tidak ada kenyataannya ( Disebut dalam kitab sirojut-Tholibin )

Jika orang sungguh-sungguh mahabbatulloh dan mahabbatur-rosul shollallohu’alaihi wasallam. Mestinya senang menjalankan apa saja yang diperintah Alloh warosulihi shollallohu’alaihi wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarangnya. Amal ibadanya sungguh-sungguh ikhlas, demi untuk mahbub yang dicintai. Senantiasa lillah!. Ia selalu ingat kepada mahbub yang dicintai dalam bagaimanapun juga.    

Jadi selalu syukur. Kita mengalami musibah hidup yang bagaimana saja, ridlo dan bahkan gembira oleh karena yang menguji adalah mahbub yang dicintainya.
         
Adapun yang hubungan di dalam masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya dia senantiasa takholluq biakhlaaqi mahbuubihi, berbudi pekerti meniru budi pekerti Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Kasih sayang dan senang terhadap apa saja yang dikasihi mahbubnya. Bersikap rouf rohim, senang memberi pertolongan kepada siapa saja. Tindak lakunya selalu menyenangkan dan membuahkan manfaat bagi masyarakat. Tidak menonjolkan diri, selalu tawadlu’ dan ramah tamah, akan tetapi di mana perlu bertindak tegas patriotik dan heroik bersikap pahlawan di dalam membela kebenaran dan keadilan yang dkehendaki oleh mahbubnya yakni Alloh SWT  wa Rosulihi shollallohu’alaihi wasallam .” yaj tahidu fii sabiilillah “ bersungguh-sungguh di dalam jalan Alloh. Tidak sayang mencurahkan tenaga, harta dan apa saja yang dimilikinya demi buat yang di cintai .
         
Setengah dari pada tandanya cinta secara umum adalah sifat “cemburu”. Terhadap orang lain yang ikut mencintai mahbubnya. Ini tanda-tanda cinta antar sesama manusia. Akan tetapi cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Justru sebaliknya dari itu. Ya cemburu, akan tetapi sifat dan arahnya berbeda. Ceburu, kuatir dan resah hatinya melihat orang lain yang tidak cinta kepada Alloh wa  Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Maka ia berusaha agar orang lain ikut cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam kalau perlu dengan segala pengorbanan apa yang ada pada dirinya dicurahkan demi agar orang lain ikut cinta kepada Alloh  wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam.

Makhabbah atau cinta itu ada tingkat-tingkat ukuran dan kualitasnya.
(1) Mahabbah sifatiyyah ,
(2) Mahabbah fi’liyyah ,
(3) Mahabbah Ddzatiyyah .

MAHABBAH SIFATIYYAH.
Cinta sebab tertarik pada sifat-sifat dari yang dicintai. Gagah, cantik, simpatik, lincah, pandai dan sebagainya. Cinta macam begini ini mudah berubah-ubah, mudah kena pengaruh. Jika sifat-sifat yang daya tarik itu hilang atau berubah aatau tidak kelihatan, maka cintanya pun berubah bahkan bisa hilang sama sekali. Bahkan mungkin bisa berubah menjadi kebencian.

MAHABBAH FI’LIYYAH
Cinta karena tertarik oleh pekerjaan atau jabatan atau kekayaan orang yang dicintai. Cinta semacam ini juga tidak wantek, mudah berubah-ubah seperti halnya mahabbah sifatiyah, yang wantek adalah :
MAHABBAH DZATIYYAH.      
Cinta kepada dzatnya atau wujudnya yang dicintai, bagaimanapun keadaan dan rupa serta bentuknya. Inilah cinta sejati.

Mahabbatulloh wa mahabbatur-Rosul shollallohu’alaihi wasallam, seharusnya berkumpul-nya ketiga macam cinta tersebut. Ya mahabbah sifatiyah ya mahabbah fi’liyah ya mahabbah dzatiyah. Dan ini dapat ditumbuhkan di dalam hati dengan latihan-latihan, memperbayak tafakkur dan rajin mujahadah Wahidiyah. tafakkur-berfikir terhadap sifat JAMAL, Sifat JALAL dan sifat KAMAL Alloh SWT. Berfikir tentang keluhuran budi dan kemulyaan Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam, kepada jasa-jasanya yang tidak dapat kita gambarkan besar dan agungnya itu.

Di antara melatih mahabbah yaitu seperti kata orang jawa ”witing trisno jalaran songko kulino”( = permulaan cinta itu tumbuh dari kebiasaan ) ini di terapkan sebagai latihan hati. Melihat bekasnya ( jawa-labet ) mahbub- kelihatan orangnya. Melihat pakaiannya-kelihatan orangnya. Mendengar suaranya-kelihatan orangnya dan seterusnya.

Begitu itu kita terapkan untuk melatih hati kita cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam.segala makhluq ini adalah kepunyaan Alloh dan dari jiwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam. Maka melihat, mendengar, merasa makhluq, seharusnya langsung ingat kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Dengan melatih hati seperti itu dalam setiap apa saja yang kita hadapi, insya Alloh lama-lama akan tumbuh tunas-tunas mahabatulloh wa mahabatur-Rosul shollallohu’alaihi wasallam. Sehingga betul-betul lebur tenggelam di dalam mahbub. Dikatakan :
قاله صاحب الصلوات الوحدية "المحبة ان تهب كلك فى المحبوب"
“Cinta yang sejati yaitu apabila engkau menjadi lebur kedalam yang engkau cintai” (Mualif Sholawat Wahidiyah )

Di dalam kitab syarakh Al-Hikam Ibnu ‘Ibad juz II halaman 63 dikatakan:
حقيقة المحبة ان تهب كلك لمن احببته حتى لايبقى منك شئ  (ابن عباد الثانى :63 )
“Hakikat cinta adalah sekiranya engkau meleburkan seluruh dirimu demi orang yang engkau cintai sehingga tidak ada sesuatupun dari engkau yang tertinggal untuk dirimu sendiri”
جعلنا الله واياكم من الذين يحبون الله ورسوله صلى الله عليه وسلم ويحبهم الله ورسوله صلى الله عليه وسلم امين .يارب العالمين .
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mencintai Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi  wasallam dan di cintai oleh Alloh Wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam . Amin .![5]







IKHLAS.
- الاخلاص : في اللغة ترك الرياء في الطاعة, وفي الاصطلاح تخليص القلب عن شائبة الشوب المكدٌر لصفائه, وتحقيقه أن كل شيء يتصور أن يشوبه غيره, فاذا صفاعن شوبه وخلص عنه يسمىخالصا, ويسمى فعل المخلص اخلاصا. قال الله تعالى :( من بين فرث ودم لبنا خالصا ), فانما خلوص اللبن ان لايكون فيه شوب من الفرث والدم, وقال الفضيل بن عياض : ترك العمل لاجل الناس رياء والعمل لاجله شرك, الاخلاص من هذين.( كتاب التعريفات : 13)
- الاخلاص : ان لا تطلب لعملك شاهدا غير الله. وقيل : الاخلاص تصفية الاعمال من الكدورات. وقيل : الاخلاص ستر بين العبد وبين الله تعالى لايعلمه ملك : فيكتبه. ولا شيطان فيفسده. ولا هوى فيميله. والفرق بين الاخلاص والصدق ان الصدق اصل. وهو الاول. والاخلاص فرع. وهو تابع. وفرق اخر: الاخلاص لايكون الا بعد الدخول في العمل. (كتاب التعريفات : 14)
- الشريعة : هي الائتمار بالتزام العبودية. وقيل الشريعة هي الطريق في الدين.
- المخلص : بفتح اللام هم الذين صفاهم الله عن الشرك والمعاصي, وبكسرها هم الذين اخلصوا العبادة لله تعالى, فلم يشركوا به ولم يعصواه, وقيل من يخفي حسنته كما يخفي سيئاته.
Ikhlas menurut arti bahasa adalah ”murni”. Tidak ada campuran sedikitpun. Maksudnya, di dalam menjalankan amal ibadah apa saja disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun. Baik pamrih ukhrowi lebih-lebih pamrih duniawi, baik pamrih yang bersifat moral/ batin lebih-lebih pamrih dalam bentuk material. Ibadah apa saja. Baik ibadah yang berhubungan langsung kepada Alloh Wa Rosuulihi shollallohu alaihi wasallam maupun yang berhubungan di dalam kehidupan bermasyarakat, terhadap sesama makhluq pada umumnya. Hal ini sudah kita bahas di bab LILLAH di muka.

Ikhlas itu di kategorikan kedalam tiga tingkatan:
-         “IKHLAASHUL-‘AABIDIIN”     إخلاص العابدين
-         “IKHLAASHUZ-‘ZAAHIDIIN” إخلاص الزاهدين
-         “IKHLAASHUL-‘AARIFIIN”     إخلاص العارفين

“IKHLAASHUL-‘AABIDIIN:
Yaitu ikhlasnya golongan ahli ibadah. Menjalankan ibadah dengan mengharap imbalan pahala : ingin sorga, takut neraka dan sebagainya.
Ibadahnya memang bersemangat, takut dan rajin, akan tetapi didorong oleh keinginan-keinginan atau pamrih itu tadi. Ya sudah ikhlas tapi minta upah. Seandainya Alloh tidak menjadikan surga dan neraka, lalu apakah lagi yang diharapkan dan yang di jadikan pendorong semangat beribadah. Apakah lalu tidak melaksanakan ibadah, atau menjadi malas ?. Disinilah negatifnya. Bahkan di samping negatif itu ada lagi negatif lain lebi berat. Yaitu perasaan dan pengakuan diri mempunyai kemampuan dapat dapat melakukan ibadah. Dengan demikian pasti timbul, ujub riak, takabur dan sebagainya itu adalah pertingkah hati yang merusak nilai-nilai ibadah sehingga ibadah tersebut ditolak, tidak diterima oleh Allah Subhanahuu wata’alaa. Jangankan mendapat pahalanya, diterima saja tidak. Rugi besar. Bahkan disamping ditolak ibadah yang ditolak itu kelak diakhirat dirupakan siksa untuk menyiksa yang bersangkutan. Mari kita koreksi keikhlasan diri kita selama ini, dan mari kita tingkatkan kepada ikhlas yang lebih mulus lebih murni karena Allah Subhanahuu wata’alaa.

“IKHLAASUZ-ZAAHIDIIN”.
Yaitu ikhlasnya orang-orang ahli zuhud (orang yang bertapa). Ada yang menyebutnya “IKHLASHUL MUHIBBIIN” yakni ikhlashnya orang-orang ahli mahabbah. Yaitu menjalan-kan amal ibadah dengan ikhlash tanpa pamrih, tidak karena ingin surga dan tidak karena takut neraka. Sudah bener-benar LILLAH, semata-mata “IBTIGHO-AN WAJHALLOOH”- mengharap keridlaan Allah Subhanahuu wata’alaa.
Ikhlash seperti itu ya sudah baik, akan tetapi masih ada bahayanya. Yaitu masih mengaku atau merasa mempunyai kemampuan dapat melakukan ibadah sendiri. Tidak merasa BILLAH. Pengakuan seperti itu sangat berbahaya sebab otomatis di dalam hatinya lalu tumbuh cendawan-cendawan ujub, riya’, takabbur dan lain-lain yang merusak ibadahnya sehingga ibadahnya ditolak, tidak diterima oleh Alloh Subhanahuu wata’ala, sedangkan ia tidak merasa bahkan malah mengaku ibadahnya sudah baik, paling baik, paling ikhlas, paling mulus semata-mata karena Allah!.
Maka ikhlas seperti ini harus ditingkatkan menjadi ikhlas yang ketiga yaitu :

“IKHLAASHUL-‘AARIFIIN”.
Mengerjakan ibadah semata-mata menjalankan perintah Alloh Subhanahuu wata’ala, tidak karena menengok pahala atau ingin sorga dan takut neraka. Betul-betul ikhlash LILLAAHI TA”ALAA tanpa pamrih suatu apapun. Dan di dalam menjalankan ibadah itu dia tidak mengaku dan tidak merasa dapat melakukannya sendiri, melainkan merasa Billah. Lahaula Wala Qunwata Illaa Billaah. Inilah yang dimaksud ikhlash :

الاخلاص ترك الاخلاص في الاخلاص

(Yang dinamakan ikhlas yang benar yaitu tidak merasa ikhlas (meninggalkan ikhlas) di dalam keadaan ikhlas).
“Meninggalkan ikhlas” artinya tidak merasa dirinya dapat berbuat ikhlas, melainkan merasa BILLAH.
“Dalam keadaan ikhlas” artinya sungguh-sungguh LILLAH. Tidak karena ingin surga atau takut neraka.
Dalil al-Qur’an yang menyebutkan keharusan ikhlas antara lain :
انا انزلنااليك الكتاب بالحق فاعبدالله مخلصا له عبدين (29- الزمر : 3)
“Sesungguhnya KAMI menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah (beribadahlah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-NYA”.  (29-Al-Zumar : 3)

وما امروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين  (98-البينة : 5)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mereka menyembah (beribadah kepada) Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-NYA” (98-Al-Bayyinah : 5)

Bersabda Rasulullah shallalloohu ‘alaihi wasallam :

طوبى للمخلصين اولئك مصابح الهدى تنجلى عنهم كل فتنة ظلماء   رواه ابونعيم عن ثوبان

“Berbahagialah bagi orang-orang yang (beramal dengan) ikhlas, mereka adalah lampu-lampu petunjuk yang segala fitnah diserupakan dengan kegelapan menjadi kelihatan jelas dari (karena) mereka)” (HR. Abu Nuaim dari Tsauban).

Ikhlas itu besar sekali pengaruhnya kepada manfa’at tidaknya amal-amal ibadah atau perbuatan-perbuatan apa saja. Disebutkan di dalam kitab Al-Hikam :
الاعمال صور قائمة وارواحها وجود سر الاخلاص فيها  الحكم  الاول : 11
Amal-amal ibadah itu (hanya) sebagai gambar hidup yang berdiri, dan jiwanya adalah wujudnya rahasia ikhlash di dalam amal-amal ibadaah itu”  (Al-Hikam I :11).

Kesimpulannya, amal-amal ibadah apa saja jika tidak dijiwai dengan ikhlas berarti tidak hidup, mati bagaikan bangkai. Tidak membawa manfaat sama sekali. Malah, Maaf menjijikkan seperti bangkai dan harus segera dikubur. Syekh Sahal At-Tustari berkata :
الناس كلهم هلكى الا العالمون والعالمون كلهم هلكى الا العملون والعملون كلهم هلكى الا المخلصون والمخلصون كلهم على خطر عظيم   الاحياء الاول
“Semua manusia akan hancur kecuali yang berilmu; dan yang berilmu juga hancur kecuali yang mengamalkan ilmunya; yang berilmu dan sudah mengamalkan ilmunya juga akan hancur, kecuali yang ihklas di dalam beramal; dan yang sudah ihklaspun masih dalam teka-teki besar”. Ihya’ juz 1

Masih teka-teki maksudnya masih tanda tanya, termasuk ikhlas yang mana diantara tiga tingkatan ikhlas tersebut di muka.

Jadi maksudnya, jika belum Lillah-Billah istilah Wahidiyah, belum sempurnalah ikhlas itu. Berarti masih akan mengalami kehancuran seperti dikatakan Syekh Sahal At-Tustari tersebut. Yang sudah Lillah-Billah juga masih bertingkat-tingkat sudah betul-betul 100% kah Lillah-Billah-nya, atau masih kecampuran LINNAFSI-BINNAFSI. Maka oleh sebab itu perlu senantiasa adanya koreksi dan usaha kearah peningkatan.

Insya Alloh dan alhamdulillah menurut pengalaman dengan lebih tekun Mujahadah Wahidiyah dan terus-menerus melatih LILLAH-BILLAH dan seterusnya serta aktif melaksanakan tugas-tugas perjuangan Fafirruu ilalloohi wa Rosuulihi hallalloohu ‘alaihi wasallam menurut bidangnya sendiri-sendiri, dikaruniai peningkatan-peningkatan.[6]
TADZALLUL (تذلل )
Tadzalulul ialah merendahkan diri serendah-rendahnya (di hadapan Allah)[7].
واذكر ربك في نفسك (أي سرٌا \ تضرعا \ تذللا… (الاعراف: 2 –الصاوي, ج 2: 115)
“Dan ingatlah pada Tuhanmu dalam hatimu dengan berdepe-depe, merasa hina… (Al-Shawy juz II, hal 115)[8]
Tuntunan Mujahadah, DPP PSW
Bakdul Auliya mengatakan:
الاقبال الىالله ورسوله صلى الله عليه وسلم : بشدة الذل والانكسار مع التبري عن الحول والقوة اصل كل خيردنيوي واخروي
Menghadap-termasuk berdoa kepada Alloh (dan Rosul. NYA shallalloohu ‘alaihi wasallam ) dengan sungguh-sungguh tdzollul merasa hina nlongso meratapi dosa dan merasa sangat butuh sekali pertolongan serta merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan adalah pangkal segala kebaikan dunia dan akhirat. (Taqriibu Al-Ushuul: 156)[9]

TADLOLLUL
الضالين وهم الذين فقدوا العلم فهم هائمون في الضلالة لايهتدون الى الحق[10]
:الضلال فى كلام العر ب هوالذهاب عن سنن القصد:وطريق الحق: ومنهم قولهم :ضل اللبن فى الماء اغاب
قال تعالى"( وقالوا اذا ضللنا فىالارض ) اىغبنا بالموت فيها وصرنا ترابا (روائع البيان,جز ا, ص :29)
“Dlolal menurut kalam Arob ialah yang hilang dari aturan baku suatu tujuan, dan dari jalan  haq. Dan menurut perkataan sebagian orang Arob dlollal ialah “hilangnya susu di dalam air”. Dan firman Alloh Subhanaahu Wa Ta’ala: “Dan orang-orang berkata, ketika kita hilang di dalam bumi,” yakni kita hilang dengan mati di dalam bumi, dan kita menjadi debu”. (srowai‘u Al-bayan jus I, hal. 29)

MAGHFIRAH
المغفرة بمعنى السترلأنه تعالى يسترعلى عباده قبائحهم في محيهافى الدنيا عن الناس وفى الاخرة عن الملا ئكة محيهافى الدنيا عن الناس وفى الاخرة عن الملائكة ولوكانت موجودة فى الصحف
Maghfiroh itu adalah tutup, karena Tuhan menutup kejelekan hamba hingga tertutup dari insan di dunia dan dari malaikat di akhirat walapun cacatnya masih ada.
المغفرة هي ان يسترالقادر القبيح الصادر ممن تحت قدرته حت ان العبد إن ستر عيب سيده مخافة عتابه لايقال غفر له[11]
الاستغفار طلب المغفرة بعدرؤية قبح المعصية . والاعراض عنها[12]
وقيل الغافر هو الذي يغفربعض النوب والغفور هوالذي يغفر اكثرها والغفا وهوالذي يغفرجميعها
 “Artinya: telah dikatakan   “ Ghofir memaafkan  sebagian dosa”
                                      ”Ghofuur memaafkan sebagian banyak dosa”
                                      “Ghoffaaru memaafkan semua dosa”[13]
فاعلم انه لااله الا الله واستغفرلذنبك وللمؤمنين ( سورة محمد اية 19)
 “Maka ketahuilah, bahwasesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonkanlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmim”
(QS. Muhammad : 19)
والذين جاْءو من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رؤف الرحيم ( 59- الحسر : 10 )
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan anshar), mereka berdoa: “Yaa Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman ; Yaa tuhan kaami , sesunggihnya engkau maha penyaantun lagi maha penyayang”.
(QS. Al-Chasr: 10)
HIDAAYAH                ( هـداية )
27. الهداية : هي الدلالة على ما يوصل الىالمطلوب. وقد يقال هي سلوك طريق يوصل الى المطلوب. ( كتاب التعريفات : 25)
-الهدى : هو ما ينقل للذبح من النعم الى الحرم. ( كتاب التعريفات : 256)
الهداية في اللغة تأتي بمعنى الدلالة كقوله تعالى: (فأما ثمود فهديناهم فاستحبوا العمى على الهدى) وتأتي بمعنى الارشاد وتمكين الايمان في القلب كما قال  تعالى: (إنك لاتهدي من احببت ولكن الله يهدي من يشاء) (روائع البيان, ج 1,ص 28)

Hidayah dari Allah dapat diperoleh atau diusahaakan dengaan upaya manusia. Firman Allah dalam Al-qur’aan surat no: 29 Al-Ankaabut : 69 berrbunyi :
الهداية : الدلالة على ما يوصل الى المطلوب ز وقد يقال هي سلوك طريق يوصل الى المطلوب.[14]
 والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وان الله لمع المحسنين   (29-العنكبوت : 69)
“Dan orang-orang yang berjihat untuk (mencari keridlaan) KAMI, sungguh-sungguh akan KAMI tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI daan sesungguhnyaa Aallah bersama-sama oraang yang berbuat kebaikan” (QS.29- Al-Ankabut :69”.
المجاهدة مفتاح الهداية, لا مفتاح لها سواها   (الاحياء, ج1, ص 39)
“Mujahadah adalah kumcinya hidayah, tidak adaa kunci untuk memperoleh hidayah selain muhadah”. (Ihya’ juz I, hal 39)

Orang yang jauh dari Allah tidak akan mendapat hidayah. Baraangsiapa tidak mendapat hidayah Allah pasti sesat jalan dan ahirnya sengsara dan mengalami kehancuran. Maaka oleh karena itu, di saamping ilmu pengetaahuan harus kitaa pelajari, harus kita tuntut, ilmu pengetaahuaan apaasaajaa terutama yang ada hubungannya dengan soal-soal membersihkan hati, yang berkaitan dengan masalah operasi mentaal unttuk memperoleh ketenaangan baatin dan ketentraaman jiwa, tidak boleh diabaikaan yaitu usaha memperroleh hidayah Allah subhaanahu wa ta’alaaa.[15] 
TAUFIIQ = ( التوفيق )
التوفيق : جعل الله فعل عباده موافقا لما يحبه ويرضاه
Taufiiq : “Allah telah menjadikan perbuatan hambanya sesuai dengan sesuatu yang dicintai dan diridlainya”.[16]

SYAFA’AH RASUL
20. الشفاعة
-الشفاعة : هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه. (كتاب التعريفات : 127)
-الشفعة : هي تمليك بقعة جبرا بما قام على المشتري بالشركة والجوار.( كتاب التعريفات : 127)
Menurut arti bahasa kata “Syafa’at” mepunyai pengertian pertolongan. Syafa’at hasanatan, berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan, adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.
Menurut arti istilah adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang lain.
الشفاعة سؤال الخير من الغير للغير
“Yang disebut syafa’at adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain umtuk orang lain”.[17]
الشفاعة هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه[18]
Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa, baik diminta maupn tidak diminta.
Di dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan “Syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang husus dari Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain kanjeng nabi shallallohu ‘alaihi wasallam umpamanya oleh para Wali yang lebih tua umurnya di sebut barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan, sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti   pertolongan.
Syafa’at Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu dapat terjadi di dunia dan ahirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harta adalah iman dan islam di dada setiap Muslim dan Mu’min. Boleh dikatakan bahwa syafa’at , Islam tuntunan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah syafa’at Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para Tabi’I Al-Tabi’I, para Ulama salaf, para Auliya’, par Sholihin, para Ulama Khalaf, para Kiai, para cendikiawaan, para Ustadz, para guru ahirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Mereka itu adalah penyaambung/penyalur syafa’at Rasul shallallohu ‘alaihi wasallam kepada para lapisan masarakat.Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur safa’at adalah juga dari safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan begitu seterusnya,sambung bersambung. Tanpa Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mereka tidak dapat melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam dan faham-faham keagamaan seperti ini.
Begitu gambaran luasnya safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam di dunia ini,dan begitu penting dan berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung betapa besarnya nilai safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam itu.suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan.kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan,kesejahteraan dan kebahagiaan hisup di dunia dan di akhirot.kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejihan yang akan membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.
Adapun safa’at kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam di akhirot kelak, yang disebut "SAFA’ATUL ’UDHMA” Adalah pertolongan agung yang sangat di butuhkan oleh seluruh ummat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat.di padang mahsyar itu nanti seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita,Kanjeng Nabi Adam’laihis – sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir menemui hari Qiyaah di kumpulkan semua.terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat maanusia yang memmuncakdan belum pernah dialami sebelumnya.di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu di kebawahkan oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah,tiap-tiap manusia mengalami problem-problenya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia.di sebut  “Yaumul-hasyri” atau hari berkonfromtasi saling berhadap-hadapan satu sama lain.baik bapak baik ibu,baik anak baik saudaradan sebagainya saling tuntut-menuntut,saling tuduh-menuduh satu sama lain.satu sama lain melarikan diri ketakutan takut terkena tuntutan.            

Pertolongan mutlak milik Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya, termasuk  Alloh berkehendak memberikan hak Syafa’at bagi makhluknya, misalnya ; kepada Rosul utusan-NYA, syafa’at Rosul  ini adalah dengan idzin Alloh dan tidak mengurangi milik Alloh yang mutlak seperti firman Alloh SWT.
قل لله الشفاعة جميعا (39 الزمر :44)
Katakanlah ; “Hanya kepunyan Alloh Syafa’at itu semuanya  (39- Az-Zumar : 44 )

Ada sebagian orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at,  sehingga mohon syafa’at kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam sama artinya dengan syirik dan sesat.
Dengan menggunakan ayat tersebut, sebagai dasar bagi pendapatnya bukan pada tempatnya, ada dua alasan untuk menolak pendapat tersebut   :
1.     Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang melarang permohonan Syafa’at kepada Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam .
2.     Ayat diatas tidak menunjukan larangan mohon Syafa;at, namun searti dengan ayat–ayat lain yang menjelasakan kemutlakan kekuasaan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu apapun. Hal ini mempunyai Pengertian bahwa Alloh dapat menganugrahkan apa dan siapa saja sesuai kehendaknya ,

Firman Alloh dalam Al- Qur’an yang menerangkan tentang anugerah  Alloh kepada Hambanya untuk memberi kan syafa’at kepada hambanya seperti di bawah ini
ولايملك الذين الشفاعة الامن شهد بالحق وهم يعلمون (43- الزخروف :86)
 “(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain  dari padanya, tiada mempunyai syafa’at(pertolongan), kecuali orang-orang yang mengaku dengan kebenaran, sedang mereka mengetahui”.
 (QS. Al-Zukhruf: 86)
يومئذ لاتنفع الشفاعة الامن اذن له الرحمن ورضي له قولا  (20-طه :109 )
“Pada hari itu tiada bermanfaat pertolongan, kecuali orang yang telah di izinkan oleh Yang Maha Pengasih dan disukai perkataannya”.
Syafa’at bukan lain adalah memohonkan kebaikan dari orang lain untuk orang lain . Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian mahluk Allah  yang di anugerahi dapat memberi syafaat kepada yang lainnya.  Kalau toh ada ayat-ayat yang tidak mebenarkan adanya syafa’at,seperti : QS. Al-Baqqrqh: 48, 123 dan QS. Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.

Mohon syafa’at kepada Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam berarti seseorang mohon supaya Beliau Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam  sudi mem,berikan pertolongan untuk  memohonkan kepada Alloh Subhaanahu wa ta'aala agar Alloh berkenan mengsbulkan permohonan tersebut.
Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syfa’at dengan idzin Alloh telah dijelaskan dalam beberapa Hadist
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يشفع يوم القيامة  تلاتة , الأنبياء , تم العلماء تم الشهداء (روه ابن ماجه عن عثمان رضى الله عنه )
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at besuk pada Yaumul Qiyamah ada Tiga ; yaitu  Para Ambiya’ kemudian para Ulama’ kemudian para Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman RA.) 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :يشفع الشهيد فى سبعين من اهل بيته (روه ابو دوود عن ابى الدرداء)
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  “ seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari Ashli baitnya”HR. Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ )
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد أدم ولا فخر وانااول من تنسق  عنه الارض وانااول شافع واول مشفع , بيدى لواء الحمد تحته أدم فمن دونه  (رواه الترميذ وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري والحكم عن جابر باسناد صحيح )
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam  bersabda  :  Aku adalah Sayyid dari cucu anak Adam dan tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari kubur, dan Aku adalah orang pertama yang membedrikan syafra’t dan orang pertama yang diterima syafa’atnya, di tangan-Ku-lah bendera puji dan dobawah bendara itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang liannya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu Majah dari Abi said Al- Hudriyyi dan Al-Hakim dari Jabir RA)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من زار قبرى وجبت له شفاعتى (رواه ابن عدي والبيهقىعن ابن عمر)
“Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam  bersabda  : bzrzng siapa  ziarzh ke kuburku maka wajib atasnya syafa’atku”.( HR.  Ibnu Adi dan Baihaqidari Ibnu Umar ).
التشفٌع بالنبيٌ صلى الله عليه وسلم في كلٌ مكان نافع فلم يقبل الاالوصول الى النبيٌ صلى الله عليه وسلم (شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, di tempat manapun adalah manfa’at, dan pasti diterima oleh Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam”. (Syawahudu Al-Haq : 203)
وانه صلى الله عليه وسلم مقبول الشفاعة عند الله في الدنيا والاخرة ويتوسٌلون به اليه تعالى ليبـلٌغهم مناهم في دنياهم وأخراهم فقد شاركوا في هذا المعنى اعلم العلماء (شـواهد الحق : 45)
“Daan sesungguhnya Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu pasti makbul diterima syafa’atnya disisi Allah baik di dunia maupun di ahirat. Dan orang-orang Islam sama berwasilah kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dalam memohon kepada Allah Ta’ala agar Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkenan menyampaikan hajat keinginan mereka di dunia dan ahirat. Maka para Ulama yang Alim-alim telah sepakat di dalam pengertian tersebut”.
Memohon syafa’at kepada Rosululloh  pada masa hidup-NYA atau sepeninggalan-NYA sama saja dalam hukum Islam yang dibawah oleh Nabi  Muhammad ini, sehubungan dengan orang yang mati Sabilillah tidak dapat disamakan dengan umumnya manusia tentang bagaimana keadaan setelah pindah ke alam barzah  Alloh Subhaanahu wa ta'aala  menjelaskan dalam Firman-Nya : PPK/158
ولاتقولوا لمن يقتل في سبيل الله اموات بل احياء ولكن لاتشعرون    (البقرة  : 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup di alam lain, tetapi kalian tidak menyadarinya”
(QS. Surat Al Baqoroh 154).
ولا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون (ال عمران 169)
“dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka itu (sebenarnya) hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali Imrom 169)
Berdasarkan ayat diatas orang gugur dijalan Agama Alloh tetap hidup di sisi Alloh apa lagi para Ambiya’ dan Rosul serta orang –orang sholih seperti para Shahabat Nabi.
Apa gunanya Agama menganjurkan kepada kita untuk mengucapakan salam kepada yang telah meninggal , kalau kita tetap berpendapat bahwa mereka mati  seperti manusia pada umumnya , bukankah hal  ini betentangan dengan ayat tersebut ? dan bagaimana hukumnya bila seseorang sudah tidak iman kepada ayat Al-Qur’an  ? Na ‘uudu billaahi min Dzalik
Untuk lebih jelasnya Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  : 
حياتى خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع, واما مماتى  فان اعمالكم تعرض فما رأ يت  منها حسناحمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكم (رواه البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup-Ku adalah kebaikan  bagi kamu sekalian dan kematian-Ku-pun   kebaikan bagi kamu serkalian. Adapun Hidup-KU maka AKU memberikan tuntunan berbagai Sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam Syari’at kepada kamu sekalian.   Sedangkan kematian-KU (yang juga kebaikan bagi kamui sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamui sekalian diperlihatkan kepada-Ku.  Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan,  AKU memuji kepada Alloh atas klebaikan  itu, dan apa AKU melihatnya keburukan, maka AKU memohonkan ampunan kepada Alloh kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).
ما من احديسلم عليٌ الاردٌ الله على روحى حتى اردٌ عليه السلام (رواه احمد وابو دوود)
setiap salam yang disampaikan kepada-Ku oleh seseorang, Alloh akan menyampaikan kepada Roh-Ku agar Aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )

Dalam hal ini sebagian Ulama berpendapat yang berhubungan dengan kondisi Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam setelah wafat tetap seperti beliau shallallohu ‘alaihi wasallam masih hidup dan status oraang yang berrpendapat  tentang tidak ada manfa’aatnya setelah Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam meninggal dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن اعتقد انٌ النبٌي صلٌى الله عليه وسلٌم لانفع به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضلٌ المضلٌ
(تفسـير الصاوي ج1: 161)

“Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan beliau shallallohu ‘alaihi wasallam berbeda seperti perorangan manusia biasa, maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”.
 (Tafsir Al-Shawi juz 1, hal. 161)

TARBIYAH RASUL
نقل السيد احمد دخلا عن ابي الموا هب الشا ذلي رضي الله عنه ا نه كان يقول : لله عباد يتولي تربيتهم النبي صلىالله عليه وسلم بنفسه من غير واسط بكثرة صلاتهم عليه صلىلله عليه وسلم ( سعا دة الدارين:551)
Sayyid Ahmad dahlan memindah qoul dari abi muwahid asy-asyadali rodiyalloohu,anhu sesungguhnya iya berkata “Alloh memiliki hamba-hamba yang bimbinganya di kuasakan kepada Nabi Muhammad shollallohu alihi wasallam tanpa perantasra sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka pada Nabi shollallohu alihi wasallam “.(kitab sa’daatu Al-Daroini : 511)[19]  







[1] Tuntunan Mujahadah, DPP PSW
[2] Tuntunan Mujahadah, DPP PSW
[3] Materi Up Grading Da’I Wahidiyah A, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, hal 144, Kedonglo, th. 1989.
[4] Tambihul Ghafilin, Nashrubnu Muhammad Al-Samarqandy, penerbit Al-Hidayah: 136, tanpa tahun
[5] Kuliyah Wahidiyah, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Terbitan X, Kediri, hal 169-176, th 1993

[6] Kuliyah Wahidiyah, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Terbitan X, Kediri, hal 156-160, th 1993
[7]  Tuntunan Mujahadah, DPP PSW
[8] Al-Shawy juz II, hal 115
[9]Kuliyah Wahidiyah, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Terbitan X, Kediri, hal 188, th 1993
[10] Tafsir Al-Quran Al-‘Adhiim, Ibnu Kasir, juz I, toha putra, Semarang, hal. 29, t.thn.
[11] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 223, t. thn
[12] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 18, t. thn
[13] Materi Pendalam Wahidiyah (minggu pagi), KH. Zainal Fanani, hal. 15, tanpa tahun.
[14] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 256, t. thn
[16] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 69, t. thn
[17] Materi Up Gradin A, PSW Pusat, Kediri hal. 148.
[18] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 127, t. thn
[19] Risalah, oleh KH Ihsan Mahin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini