Adab bermujahadah
ADAB BERMUJAHADAH
Oleh Agus Moh. Nafihuzuha, S.Ag
Masalah adab
adalah hal yang amat penting sekali harus diperhatikan. Baik adab lahir
terutama adab batin. Keduanya saling isi mengisi. Adab lahir menyuburkan
tumbuhnya adab batin, dan adab batib menjadi jiwanya adab lahir.
Begitu
pentingnya masalah adab, dikatakan :
مراعة الأدب مقدم على امتثال
الأوامر
“Memelihara adab harus
diutamakan dari pada (sebelum) melaksanakan bermacam-macam perintah”.
11. الادب
- الادب
: عبارة عن معرفة ما يحترز به عن جمييع أنواع الخطأ.
12.
الظاهر : هو اسم لكلام ظهر المراد منه للسامعبنفس الصيغة, ويكون محتملا للتأويل
والتخصيص. (كتاب التعريفات 143 )
-ظاهر
العلم : عبارة عند اهل التحقيق عن اعيان الممكنات. (كتاب التعريفات : 143)
13.
الباطن :
- الطاهر
: من عصمه الله تعالى من المخالفات. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر
الظاهر : من عصمه الله من المعاصي. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر
الباطن : من عصمه الله تعالى من الوساوس والهواجس. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر
السر : من لا يذهل عن الله طرفة عين. (كتاب التعريفات : 140)
- طاهر
السر والعلانية :من قام بتوفية حقوق الحق والخلق جميعالسعته برعاية الجانبين.(كتاب
التعريفات :140)
Secara umum
cara-cara pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah melaksanakan bimbingan-bimbingan
Muallif Sholawat Wahidiyah Ra. wa Qs. baik mengenai adab maupun
mujahadah-mujahadah dan lain sebagainya.
Adab-adab
ketika membaca Sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah :
1. Supaya dijiwai LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS
BILGHOUTS.
Lillah
Artinya,
segala amal perbuatan apa saja. Perbuatan lahir dan perbuatan batin baik yang
wajib, yang sunnah dan yang mubah,lebih-lebih yang berhubungan kepada Alloh SWT
wa Rosuulihi SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Al Qur’an, baca Sholawat dan
sebagainya, maupun yang berhubungan di dalam masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari seperti makan, minum, istirahat, mandi, bekerja dan sebagainya,
asal bkan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbyatan yang tidak diridloi
Alloh, asal bukan perbuatan yang melanggar syari’at dan undang-undang, pokoknya
asal bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya disertai niat
beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA’AALA tanpa pamrih suatu apapun.
Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi.
Dengan
menyertakan niat ibadah LILLAH (dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan
yang tidak terlarang dapat mempunyai nilai ibadah, dicatat sebagai badah.
انما الأعمال بالنيات
وانما لكل امرئ ما نوى (رواه البخارى و مسلم وغيرهما عن عمرو رضي الله
عنه)
“Sesunggunya segala amal
perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya, dan sesungguhnya
bagi seseorang itu tergantung pada apa yang ia niatkan …….. “ (HR
Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar bin Khottob RA).
الأعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر الاخلاص فيها ( الحكم - 11 )
“Amal perbuatan, amal lahir itu hanya
merupakan bayangan/gambar dan ruhnya (jiwanya) adalah adanya rahasia ikhlas di
dalamnya”.
Amal yang
tidak ikhlas, itu serupa dengan jasad yang tidak ada ruhnya. Seperti gambar
hidup atau bangkai/barang mati. Hanya seperti boneka yang tidak bernyawa sama
sekali. Ini amal perbuatan apa saja. Seperti sholat, mujahadah, puasa, membaca
Al Qur’an dan lain-lain. Semua itu jika tidak disertai dengan niat LILlAH,
otomatis hanya sepereti barang yang mati yang tidak memberi manfaat sama
sekali.
Di sini
istilah “amal”, itu otomatis perbuatan yang boleh digunakan untuk beribadah.
maka dari itu segala gerak-gerik, bak berdiam atau bergerak jika betul-betul
didasari LILLAH dengan sendirinya menjadi amal, atau amal ibadah. Begitu juga
sebaliknya.
Hal ini sesuai
dengan kehendak Alloh yang digariskan di dalam ayat 56 surat Ad Dzaariyat :
وما خلقت الجن والانس الا
ليعبدون ( الذاريات : 56 )
“Dan tidaklah AKU menciptakan jin dan
manusia melainkanagar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU”.
Di dalam
Wahidiyah – Alhamdulillah, dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di samping
terus menerus melatih hati dengan niat LILLAH seperti di atas alhamdulillah
diberi banyak kemajuan danpeningkatan di dalam hal beribadah kepada Alloh
dengan niat ikhlas LILLAH tersebut.
Billah
Artinya, di
dalam segala pebuatan dan gerak-gerik lair maupun bati, di manapun dan kapanpun
saja, supaya hati senantiasa merasa bahwa semua yang menciptakan dan menitahkan
itu semua adalah Alloh SWT Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau
merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri.
Jadi mudahnya,
menerapkan dalam hati makna dari : لا
حول ولا قوة الا بالله
Menerapkan
firman Alloh dalam surat Ah Shoffaat ayat 96 :
و الله خلقكم وما تعملون
( 37
– الصفات : 96 )
“Dan Alloh-lah yang menjadi kankamu
sekalian dan apa-apa yang kamu sekalian perbuat”.
BILLAH dalam
penerapannya itu menyeluruh baik perbuatan itu halal maupun terlarang,
perbuatan baik maupun perbuatan buruk, dalam taat atau dalam melanggar dan
lain-lain, itu tetap BILLAH. Pokoknya hati kita dalam menyaksikan makhluq,
bagaimana keadaannya makhluq itu, supaya hati senantiasa merasa BILLAH. Hati
menyadari bahwa wujudnya makhluq, geraknya makhluq, diamnya makhluq itu semua
dari Alloh SWT.
BILLAH itu
bidang hakikat sedang penerapannya di dalam hati kita. Sedangkan LILLAH itu
bidang syari’at penerapannya dalam lahiriyah kita. Baik LILLAH maupun BILLAH
didalam kita berbuat atau beribadah harus diterapkan bersama-sama di samping
ajaran yang lain.
Lirrosul
Segala amal
ibadah atau perbuatan apa saja asal tidak melanggar syari’at Rosul di damping
disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai niat mengikuti
tuntunan Rosululloh SAW !. Jadi dalam segala perbuatan apa saja asal tidak
melanggar syari’at islam, niatnya harus dobel. Niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
Dengan
tambahannya niat LIRROSUL di samping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian
ikhlas semakin bertambah bersih. Tidak mudah di goda oleh iblis, tidak mudah
disalahgunakan oleh kepentingan nafsu.
Adapun dasar
penerapan LIRROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam Al Qur’an. Antara lain :
وأطيعوا الله ورسوله ان
كنتم مؤمنين ( 8 – الأنفال : 1 )
“Dan taatlah kepada Alloh
(LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL) jika kamu sekalian orang-orang yang beriman”.
Birrosul
Ini termasuk
bidang hakikat seperti halnya BILLAH. Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah
bidang syari’at.
Penerapan
BIRROSUL adalah di samping sadar BILLAH seperti di atas supaya juga sadar dan
meras (rumongso dan keroso bahasa jawa) bahwa sgala sesuatu termasuk diri kita
dan gerak gerik kita lahir dan batin yang diridloi Alloh, adalah sebab jasa
Rosululloh SAW.
Jadi segala
langkah dan gerak gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal
tidak melanggar syari’at Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam hati kita
harus merasa menerima jas dari Rosululloh SAW. Jasa tersebut terus menerus
mengalir berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja
oleh jasa Beliau, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika
dihindari oleh jasa Rosululloh SAW, menjadi ‘adam seketika.
Langit bumi
dan seisinya termasuk manusia adalah rohmat kasih Alloh SWT yang disalurkan
melalui Rosululloh SAW. Sebagaimana firman-NYA :
وما أرسلناك الا رحمة
للعالمين ( الأنبياء : 108 )
“Dan tiadalah AKU
Mengutus Engkau (Muhammad) melainkan rahmat bagi seluruh alamin”.
Dengan
mengetrapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL seperti di atas maka manusia
mendudukkan dirinya sebagai hamba Alloh yang benar dan menjadi ummat Muhammad
SAW yang benar.
2. Harus betul-betul dengan niat yang ikhlas tulus
Lillahi Ta’aala beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tanpa pamrih
sedikitpun. dan jangan sampai merasa atau mengaku mempunyai kemampuan sendiri !.
Disertai takdhim, mahabbah, memulyakan, dan mencintai Rosululloh SAW, setulus
hati.
3. Istihdlor, yaitu merasa seperti benar-benar
berada di hadapan Rosuululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, jadi memohon kepada
Alloh dihadapan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan khusuk dan
tawadlu’ lahir batin sebaik-baiknya !.
4. Bacaan-bacaan harus sesuai dengan tajwid dan
makhrojnya dan hati harus selalu berusaha untuk senantiasa hudlur !
5. Menghayati makna dan arti sholawat yang dibaca (bagi yang
mampu).
6. Tadzallul ; merasa rendah dan hina
sehina-hinanya dan nelongso.
7. Tadhollum ; merasa dholim dan berlarut-larut
penuh dengan dosa. Segala dosa terhadap siapa saja harus diakui dengan jujur.
8. Iftiqor ; merasa butuh sekali kepada ampunan dan rohmat kasih dari
Alloh Subhanahu wa Ta’ala, butuh kepada syafa’at dan tarbiyah Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, butuh terhadap barokah karomah, nadhroh dan do’a
restu dari Ghoutsi Hadzaz Zaman dan para auliya’ kekasih Alloh Rodliyallohu
‘Anhum.
9. Dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah atau yang disebut
Mujahadah Wahidiyah gaya dan lagu harus seirama dan mengikuti tuntunan yang
diberikan oleh Beliau Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef yang disalurkan lewat
Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.
10. Ketika Mujahadah berjamaah, lebih-lebih jika menggunakan
pengeras suara, suara harus tidak terlalu keras dan menonjol, tetapi juga
jangan terlalu lemah. Ini peting jarus diperhatikan terutama yang memimpin atau
Imam Mujahadah pokoknya jangan menimbulkan gangguan terhadap kawan Mujahadah.
11. Ketika tasyaffu’an (dilagukan) bersama-sama dengan
menggunakan pengeras suara, mikropon jangan dimonopoli oleh satu dua suara
saja. Semua suara harus dapat masuk dengan seragam ke dalam mikropon terkecuali
untuk memberi aba-aba pada pertama kali.
12. Ketentuan tersebut di atas merupakan sebagian dari pada
adab-adab membaca Sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah. maka
penyimpangan-penyinpangan dari ketentua di atas dikhawatirkan melanggar haddul
adab yang bisa mengganggu dan merusak sirri-sirri fadlilahnya Sholawat.
Untuk lebih jelasnya sehubungan
dengan Sholawat wahidiyah terutama yang
tertera dalam lembaran Sholawat wahidiyah diantaranya sebagai berikut :
1. BISMILAAHIR RAHMANIR RAHIIM
Agama Islam telah memberikan
tuntunan bagi penganutnya, agar di dalam melaksanakan segala perbuatan yang
diridloi Allah Subhaanahu Wata’ala supaya sebelumnya membaca basmalah.
قال رسول الله صلى عليه وسلم : "واذ ا ابتدا فى شيئ قال بسم الله الرحمـن
الرحيم"
(رواه ابن
صرصرى ,في نصائح العباد ص 29 )
Rasulullah shallalloohu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Ketika orang mau memulai sesuatu bacalah” Bismillahirroh
manirrohiim” (Hadist Riwayat shurshuriiyu, dalam kitab Nashoichul ibat halaman
29 )
قال رسول الله صلى عليه وسلم : "كل امر ذي بال
لايبداء فيه بحمد الله فهو اقطع"
(عن ابى غيريره رضى الله عنه نصائح العباد ص 3 )
Rasulullah shallalloohu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Setiap perkara yang mempunyai kebaikan apa bila tidak
dimulai dengan memuji kepada Alloh subhanalloh wata’ala maka amal tersebut
putus barokahnya : ( H R dari Abi Huroiroh Rodliyalloohu Anhu Nashoikhul ibat halaman 30 )
2. HUDLUR
Hudzur ialah : Hatinya selalu
berkonsentrasi kepada Alloh subhanalloh wata’ala[1]
(واماالخضور )فهو خضور العبد بالحق بعد غيبته عن
الخلق (جامع
الاصول فى الاولياء ص 321)
Ada pun yang dinamakan chudlur
adalah hudzurnya seorang hamba dengan kholiknya (penciptanya) itu setelah
hilannnngnya hamba dari mahluq (Jamiul usul halaman 321 ).
-المحاضرة : خضور القلب مع الحق في الاستفاضة من اسمائـة تعالى
. (كتاب التعريفات : 205)
-واما
الحضور : فقد يكون حاضرا بالحق لانه اذا
غاب عن الخلق حضر بالحق, على معنى : أن يكون كأنه حاضرا, وذلك لاستلاء ذكر الحق
على قلبه, فهو حاضر بقلبه بين يدي رب تعالى, فعلى حسب غيبته عن الخلق يكون حضوره
بالحق, فأن غاب كليا كان الحضور حسب الغيبة, فاذا قيل : فلان الحاضر, فمعناه : انه
حاضر بقلبه لربه, وغير غافل انه ولاساه (الرسالة القشيرية : 70)
3. ISTIHDLOR :
Istihdlor ialah marasa di hadapan Rosuululloh
shollallohu’alaihi wasallam wa
Ghoutsuhaadzaz Zaman Ra dengan ketulusan hati, Ta’dhim ( memulyakan ) dan
mahabbah ( mencintai ) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya. [2]
قال
رسول الله صلى عليه وسلم من ذكرنى فقد
ذكرالله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى علي ناطق بذكرالله (سعادة الدارين
)
“Barang siapa dzikir kepadaku,maka sungguh ia
dzikir kepada Alloh dan barang siapa cinta kepada ku, maka sungguh ia cinta
kepada Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepadaku, ia mengucapkan dengan
dzikir Alloh “ ( Sa’adatuddaroini )[3]
4. TA’DHIM
Ummat Islam adalah Ummat yang
beraklaq mulia baik yang berhubungan kepada Alloh atau kepada manusia sesuai
dengan Syari’at yang dituntunkan
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa
sallam.
Sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kita sering mengetahui sebutan-sebutan sebagai panggilan kepada
seseorang yang diatasnya seperti : Bapak pimpinan !, yang terhormat, yang
mulia, Tuan dan lain sebagainya,
sebutan-sebutan tersebut bukan lain adalah untuk menghormat atau
mengagungkan kepada pihak yang lain.
Sebutan-sebutan kepada orang
yang di atasnya saja seperti itu, maka
sewajarnya kalau ummat Islam menggunakan sebutan untuk menghormat atau
mengagungkan Rosululloh shollallohu
'alaihi wa sallam yang sudah kita ketahui bahwa Beliau adalah semulia-mulia
manusia, sebaik-baik makhluk dan orang yang bisa dipercaya lebih dari manusia
yang lain di sisi Alloh Subhaanahu wa ta'aala. Penghormatan seperti itu adalah
wajar, karena memang Beliau pantas untuk menerima penghormtan atau pengagungan
dari ummatnya hal ini adalah pelaksanaan perintah Alloh Subhaanahu wa
ta'ala. Jangankan manusia Alloh sendiri
telah memuji kepada Rosululloh seperti
dalam Firman-NYA :
وانك لعلى خلق عظيم (القلم :4)
Dan sesungguhnya bahwa Engkau
(Muhammad) berbudi pekerti luhur. (QS. Al Qolam : 4 )
Ayat
di atas menunjukan bahwa Alloh sebagai Kholiq saja telah mengagungkan dengan
pujian seperti itu, apalagi kita sebagai ummat Rosululloh shollallohu 'alaihi
wa sallam mestinya juga mengagungkan kepada Beliau. Bagaimana seseorang harus
bersikap kepada Rosululloh shollallohu
'alaihi wa sallam, Alloh telah memberikan perintah melalui Firman-NYA dalam Al-Qur’an :
ولا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء
بعضكم بعضا( النور : 63)
Janganlah kalian memanggil Rosul
sebagai mana kalian memnggil satu sama lain diantara kalian (QS. An-Nur : 63 )
ياايها الذين امنوا لاترفعوا اصواتكم فوق صوت النبى
ولاتجهروا له بالقول كهجر بعضكم لبعض ان تحبط اعمالكم وانتم لاتشعرون (49- الحجرات : 2)
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah mengeraskan suara kalian lebih tinggi dari suara Nabi, dan jangan
kamu keraskan perkataanmu kepada-Nya, seperti kekeraskan (perkataan) setengah
kamu kepada yang lain, (karena takut) akan hapus (pahala)
beberapa
amalmu, sedang kamu tiada sadar (Al-Hujurat :
2)
ان الذين ينادونك من وراء الحجرات اكثرهم
لايعقلون (49- الحجرات :4)
Sesungguh orang-orang yang
memanggil Engkau (yaa Muhammad) dari luar bilik (kamar), kebanyakan mereka
tidak berakal. (QS,.
49 Al-Hujurat : 4)
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui, bahwa kita
umat Islam diperintah untuk mengagungkan dan memulyakan beliau Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dilarang bertindak dan berbicara mendahului
beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dilarang bersuara keras
dalam berbincang-bincang dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita
dilarang memanggil nama beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
sebutan seperti kita menggunakan sebutan untuk memanggil sesama kita. Kesemua
perintah dan larangan tersebut adalah merupan bentuk budi pekerti kita yang
berhubungan dengan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada
sebagian orang berpendapat bahwa mengagugkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, Ini disamakan dengan kaum Nasrani mengagugkan nabi Isa ibnu Maryam
a.s., sehingga dihukumi sebagai perbuatan yang menyekutukan Allah swt. Pendapat
seperti ini menurut kami tidaklah tepat, karena kita mengagungkan beliau
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan perbuatan yang memandang
martabat beliau (secara menyeluruh) paling tinggi dibanding dengan semua mahluk
yang lain, bukanya kita mensejajarkan martabat beliau Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dengan martabat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan kaum
Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa Almasih bukan mengagungkan sebatas utusan
Allah namun mereka mempunyai kepercayaan dan keyakinan bahwa Isa Almasih adalah
anak tuhan.
Pendapat
yang menyamakan antara mengagungkan dengan menyembah, itu pun tidak dapat
diterima, karena bila pengertian tersebut dianggap sama maka apalah jadinya
dunia ini, para penghuninya tidak berakhlak, takut kalau mengagungkan orang
yang berkedudukan diatasnya dihukumi menyembah selain Allah, menyekutukan
Allah, kafir sesat dan masuk neraka.
1. Para
malaikah bersujud kepada nabi Adam a.s. karena diperintah Allah, apakah
penghormatan seperti itu di anggap menyembah?
2. Rasulullah
selalu merendahkan bahunya bila bertemu sahabatnya, apakah juga
penyembahan?
3. Pujaan
Allah kepada
Rasul-Nya (Al-Qolam :4), apakah juga penyembahan.?
4. Para
pejabat memanggil atasannya Yang Mulia, apakah juga penyembahan ?.
5. Orang
jawa, setiap lebaran bersimpuh pada orang tuanya yang duduk di kursi,
apakah juga penyembahan.?
6. Sebutan
Sultan Agung kepada salah satu pahlawan pengusir penjajah, apa juga
penyembahan?
Kesimpulan :
1. penghormatan
atau pengagungan terhadap seseorang yang mempunyai hak untuk dihormati atau
diagungkan, itu sesuai dengan syare’at islam.
2. Pengagungan
tidak sama dengan penyembahan.
3. Orang
yang memanggil nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan
“Hai Muhammad !” atau Hai Abu Qosim !” adalah perbuatan tidak beradab yang
menyalahi Al Qur’an.
4. Panggilan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan “Ya Nabiyalloh”,
“Ya Rosuulalloh”, “Ya Sayyida Waladi Adam”, “Ya Ashhabal Yamin” dll adalah
mengikuti petunjuk Alloh.
والافضل الاءتيان بلفظ السـيادة كماقال ابن ظهيرة
وصرح به جمع وبه افتى الشارح لان فيه الاتيان بماامرنا به وزيادة الا ختيار
بالواقع االدي هوادب فهو افضل من تركه ( نهاية مهجه )
Yang lebih utama mendatangkan
lafadz siyadah (ketika menyebut nama Rasululloh shollallohu’alaihi wasallam)
sebagaimana yang dikatakan Ibnu Dhohiroh dan sebagian juga menjelaskannya,
demikian juga fatwa syaikh Syarih karena sesungguhnya menggunakan lafadz
siyadah itu melaksanakan sesuatu yang telah diperintah kepada kita, sedangkan
beberapa tambahan di atas adalah lebih utama dari pada meninggalkannya ( Nihayatul
Muhjah hal – 509 )
فاذا
صليتم فصلوا علي تعظيما (عن انس بن مالك في نهاية مهجة ص: 57 )
Maka ketika
kamu semua membaca Sholawat maka bacalah Sholawat kepadaku dengan ta’dhim ( Dari Anas bin Malik : Nihayatul muhjah – halaman – 57 )
5.TADZOLUM
ان
الانسان لظلوم كفار (14 – ابراهيم : 34 )
“Sesungguhnya
manusia itu sangat dholim dan sangat mengingkari (Ni’mat Allah)”
(QS. 14-
Ibraahiim : 34)
قال
الشيخ العارف الكامل نصربن محمد بن ابراهيم السمرقندي : "ليس شيئ من الذنوب
اعظم من الظلم (تنبيه الغافلين : 136)
Berkata
syekh Al-Arif Al-Kamil Nashru bin Muhammad bin Ibrahim Al-Samarqandy : “Tidak
ada dosa yang paling besar dibanding dengan dholim (aniaya)” (Tambihul Ghafilin: 136)[4]
Di dalam
Mujahadah Wahidiyah diberi tuntunan mengenai cara-cara dan adab-adab lahir
batin, terutama dalam hubungannya kepada Allah wa Rasuulihi shollallohu’alaihi
wasallam, diantaranya mengakui dengan jujur terhadap segala dosa-dosa kita, dan
bahkan harus merasa menjadi sumber segala dosa. Merasa dholim bahkan merasa
menjadi sumber segala kedholiman di dunia. Tidak ada orang lain yang lebih
buruk, lebih berlarut-larut, lebih dholim, penuh berlumuran dosa dari pada
saya. Dosa kepada Allah wa Rasulihi shollallohu’alaihi wasallam, dosa kepada
Ghoutsu Haadzaz-Zaman radliyalloohu ‘anhu, dosa kepada orang tua, dosa kepada
keluarga, dosa terhadap tetangga, kepada pemimpin kepada rakyat terhadap bangsa
dan negara, terhadap agama, dosa terhadap umat masyarakat, terhadap sesama
mahluk pada umumnya. Pokoknya, merasa berdosa sumber segala dosa !.
6. MAHABBAH
Mahabbah atau cinta, yang
dimaksud di sini adalah cinta kepada Alloh wa Rosuullihi shollallohu’alaihi
wasallam, cinta kepada Ambiak wa mursalin wal malaaikatil muqorrobin ‘alaihimus
sholaatuwassalam, cinta kepada para keluarga dan sahabat beliau-beliau dan kepada para auliya’ kekasih Alloh
Rodiyallohu ta’ala ’anhum, cinta kepada para ulama’, kepada pemimpin kepada
orang tua dan keluarga dan seterusnya, umumnya kepada segenap kaum mukminin
mukminat muslimin muslimat dan kepada segala makhluq ciptaan Alloh pada umumnya.
Cinta kepada kholiq, harus cinta
juga kepada makhluq ciptaannya. Akan tetapi cinta kepada kholiq sudah barang
tentu harus tidak sama dengan cinta kepada makhluq-Nya. Dalam prinsipnya segala
makhluq berupa dan berbentuk apa saja dan bagaimanapun wujudnya, kita harus
cinta. Kita cintai karena ia adalah ciptaan Alloh. Sekalipun berupa sesuatu
yang menjijikkan, atau menakutkan sekalipun berupa maksiat atau munkarot
sekalipun, atas pengertian bahwa ciptaan Alloh, kita harus cinta akan tetapi di
samping itu, di samping cinta, kita diperintah supaya menjauhkan diri dan tidak
menyukai maksiat dan munkarot. Jadi pandangan harus dobel. Di samping cinta
atau senang, harus pula tidak senang, harus menjauhkan diri dari padanya. Kita
senang terhadap dzatiyahnya maksiat dan munkarot mengingat itu adalah ciptaan
Alloh yang kita cintai. Dan kita harus tidak senang dan harus menghidarkan diri
dari perbuatan maksiat dan munkarot karena memang diperintah begitu oleh Alloh.
Jadi kita senang atau cinta
dzatiyahnya maksiat dan munkarot karena sama-sama ciptaan Alloh dan kita harus
tidak senang kepada perbuatan maksiat dan munkarot karena dilarang
melakukannya. Hanya senang dan cinta saja kepada maksiat dan mungkarot, tidak
membenci dan menjauhi, berarti melanggar perintah. Dan hanya membenci saja,
tidak ada rasa senang sebagai itu makhluq, berarti melukai kepada makhluq.
Melukai atau lebih-lebih menghina makhluq, berarti juga melukai kepada Kholiq
penciptanya.
Ada suatu
hikayah, pernah kejadian, ada seorang nabi ‘ala nabiyyina wa’alaihissolaatu
wassalam pada suatu ketika melihat seekor anjing yang ma’af -bermata empat dan menjijikkan. Beliau nabi
tersebut – ma’af berkata dalam hatinya : “Anjing kok bermata empat menjijikkan sekali”. Tak
terduga-duga anjing tersebut menjawab:
“Tuan mencari saya, jijik terhadap diri saya, itu sama saja mencaci yang
menciptakan saya”. Nabi tersebut menjadi terkejut dan sepontan lalu bertaubat
dengan memohon ampun kepada Alloh.
Cinta atau
senang maupun benci atau tidak senang itu harus didasari LILLAH-BILLAH. Jika
tidak dijiwahi LILLAH BILLAH, otomatis dasarnya adalah nafsu LINNAFSI BINNAFSI.
Dan jika Linnafsi Binnafsi pasti ada pamrih untuk kesenangan nafsu. Cintanya
cinta gadungan, cinta palsu, tidak mulus, tidak murni, bukan cinta sejati. Cinta
sebab ada udang dibalik batu. Ini membahayakan. Jika apa yang menjadi daya
tarik cinta itu hilang atau tidak
kelihatan, menjadi tidak cinta lagi. Begitu juga benci atau tidak
senang. Harus dijiwai LILLAH BILLAH.
Jika tidak, berarti hanya nuruti kemauan nafsu, bukan dasar menjalankan perintah .
Seperti
keterangan di atas, cinta kepada makhluq harus tidak sama cinta kepada kholiq.
Cinta kepada makhluq haruslah hanya sebagai realisasi atau pelaksanaan cinta
kepada kholiq. Atau sebagai manivestasi
atau cetusan rasa cinta kepada kholiq. Jangan memadu cinta antara cinta kepada
kholiq dan cinta kepada makhluq. Berbahaya sekali. Lebih-lebih jangan sampai cinta makhluq sampai
mengalahkan cintanya kepada kholiq. Alloh berfirman :
قل ان كان ابا ؤكم وابناؤكم واخوانكم وازواجكم
وعشيرتكم وامول اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومسكن ترضونها احب االيكم من الله
ورسوله وجهاد فى سبيله فتربصوا حق يامره
والله لايهدى القوم الفاسقين (9 – التو بة :24 )
“Katakanlah (wahai Muhammad),
jika bapak-bapak kamu sekalian dan anak-anak kamu sekalian dan saudara-saudara
kamu sekalian dan suami / istri kamu sekalian dan keluarga
kamu sekalian, dan harta benda yang kamu sekalian kumpulkan, dan
perniagaan yang kamu sekalian takut menderita rugi dan rumah tempat tinggal
yang sekalian senangi, jika semuanya itu
lebih kamu sekalian cintai dari pada Alloh wa Rosuulihi Sholallohu ‘alaihi wasallam dan dari pada perjuangan di jalan
Alloh, maka bersiap-siaplah sampai Alloh
menurunkan perintah penyiksaan-NYA; dan Alloh tidak akan memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik” ( 9-At-
Taubah – 24 ) .
Mari
kita renungkan, kita koreksi diri kita masing-masing. Dan mari senantiasa usaha
meningkatkan mahabbah kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW .
لايؤمن احدكم حتى اكون احب عليه من
نفسه وماله والناس اجمعين.رواه البخارىومسلم واحمدوالترمذىوابن ماجة عن انس
“Tidaklah
sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari
pada dirinya sendiri, bertanya dan manusia semua” ( Riwayat Bukhori, Muslim,
Ahmad Turmudzi dan Ibnu Majah dari Anas )
Jadi
cinta kita kepada badan kita sendiri, kepada orang tua, kepada suami istri
kepada keluarga dan lain-lain itu seharusnya hanya sebagai pelaksanaan atau
cetusan rasa cinta kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Ini dapat timbul dari
hati yang senantiasa mengetrapkan LILLAH BILLAH LIROSUL BILROSUL dan LILGHOUTS
BILGHOUTS dan rajin melakukan mujahadah Wahidiyah serta memperbanyak tafakkur.
Tafakkur di dalam ke-Agungan Alloh, tafakkur kepada kebesaran, kemulyaan dan
keluhuran budi Rosulullah SAW, dan tafakkur tentang keindahan-keindahan yang
terdapat pada segenap makhluq Alloh.
Mahabbatulloh
dapat bertambah mendalam dan bertambah murni dengan siraman mahabbatur-Rosul
Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dapat menjadi subur antara lain dengan
memperbanyak mengingat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di mana saja
kita berada, dan memperbayak membaca sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah
serta memperbaiki dan meningkatkan hubungan batin dengan Ghouts Hadzaz-Zaman
RA. antaranya lagi mempraktekkan “Haqiiqotul Mutaaba’ati Rukyatul matbu’inda
kulli syaiin” seperti kita bahas pada bab “At-Ta’alluq Bijanaabihi SAW “ di
muka. Bersabda Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
من احب شيئا اكثر من
ذكره (رواه الديلمى عن عائشة رضى الله عنها )
“Barang
siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut-nyebutnya “ (Riwayat Dailami
dari Aisyah RA )
الالا ايمان لمن لا
محبة له , لاايمان لمن لامحبة له (الصاوى, الثالث : 41 (
“Perhatikanlah,
tidak disebut iman orang yang tidak mempunyai rasa cinta ….( Tafsir Showi juz 3
halaman 41)
Jadi
mahabbahtulloh dan mahabbatur-rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu merupakan
pakunya iman. Iman tanpa mahabbah adalah iman yang goyah, tidak mantap. Hanya
bagaikan plakat tempelan yang mudah luntur mudah lapuk dan mudah mreteli.
Pengakuan iman dan mahabbah tidak cukup hanya dengan pernyataan lisan saja.
Harus menjadi kenyataan yang meresap ke dalam. Tembus di dalam hati dan buahnya
dapat dilihat pada ahwal lahir. Ahwal atau tindakan lahir baik yang hubungan di
dalam masyarakat maupun yang yang hubungan kepada Alloh wa Rosuulihi
Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Mengaku-ngaku iman dan cinta kepada Alloh dan
cinta kepada Rosululoh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam tetapi tidak ada kenyataan
yang dapat dilihat pada haliyah lahir, jelas suatu pengakuan palsu dan
pura-pura, berat sekali akibatnya di akhirat kelak.
ليس فى الجنة نعيم
اعلى من نعيم اهل المحبة والعرفة والا فى جهنم عذاب اشدمن عذاب من ادعى المحبة
والمعرفة ولم يتحقق بشئ من ذلك
“Di
surga tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari pada kenikmatan orang-orang
ahli mahabbah dan ma’rifat, dan di neraka tidak ada siksa lebih dahsyat, lebih
mengerikan dari siksanya orang yang mengaku-ngaku mahabah dan ma’rifat tetapi
tidak ada kenyataannya ( Disebut dalam kitab sirojut-Tholibin )
Jika
orang sungguh-sungguh mahabbatulloh dan mahabbatur-rosul shollallohu’alaihi wasallam.
Mestinya senang menjalankan apa saja yang diperintah Alloh warosulihi
shollallohu’alaihi wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarangnya. Amal
ibadanya sungguh-sungguh ikhlas, demi untuk mahbub yang dicintai. Senantiasa
lillah!. Ia selalu ingat kepada mahbub yang dicintai dalam bagaimanapun
juga.
Jadi selalu
syukur. Kita mengalami musibah hidup yang bagaimana saja, ridlo dan bahkan
gembira oleh karena yang menguji adalah mahbub yang dicintainya.
Adapun yang hubungan di dalam
masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya dia senantiasa takholluq
biakhlaaqi mahbuubihi, berbudi pekerti meniru budi pekerti Rosuulihi
shollallohu’alaihi wasallam. Kasih sayang dan senang terhadap apa saja yang
dikasihi mahbubnya. Bersikap rouf rohim, senang memberi pertolongan kepada
siapa saja. Tindak lakunya selalu menyenangkan dan membuahkan manfaat bagi
masyarakat. Tidak menonjolkan diri, selalu tawadlu’ dan ramah tamah, akan
tetapi di mana perlu bertindak tegas patriotik dan heroik bersikap pahlawan di
dalam membela kebenaran dan keadilan yang dkehendaki oleh mahbubnya yakni Alloh
SWT wa Rosulihi shollallohu’alaihi
wasallam .” yaj tahidu fii sabiilillah “ bersungguh-sungguh di dalam jalan
Alloh. Tidak sayang mencurahkan tenaga, harta dan apa saja yang dimilikinya
demi buat yang di cintai .
Setengah dari pada tandanya
cinta secara umum adalah sifat “cemburu”. Terhadap orang lain yang ikut
mencintai mahbubnya. Ini tanda-tanda cinta antar sesama manusia. Akan tetapi
cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Justru sebaliknya
dari itu. Ya cemburu, akan tetapi sifat dan arahnya berbeda. Ceburu, kuatir dan
resah hatinya melihat orang lain yang tidak cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam. Maka
ia berusaha agar orang lain ikut cinta kepada Alloh wa Rosuulihi
shollallohu’alaihi wasallam kalau perlu dengan segala pengorbanan apa yang ada
pada dirinya dicurahkan demi agar orang lain ikut cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam.
Makhabbah atau cinta itu ada tingkat-tingkat
ukuran dan kualitasnya.
(1) Mahabbah
sifatiyyah ,
(2) Mahabbah
fi’liyyah ,
(3) Mahabbah
Ddzatiyyah .
MAHABBAH SIFATIYYAH.
Cinta sebab tertarik pada
sifat-sifat dari yang dicintai. Gagah, cantik, simpatik, lincah, pandai dan
sebagainya. Cinta macam begini ini mudah berubah-ubah, mudah kena pengaruh.
Jika sifat-sifat yang daya tarik itu hilang atau berubah aatau tidak kelihatan,
maka cintanya pun berubah bahkan bisa hilang sama sekali. Bahkan mungkin bisa
berubah menjadi kebencian.
MAHABBAH FI’LIYYAH
Cinta karena tertarik oleh
pekerjaan atau jabatan atau kekayaan orang yang dicintai. Cinta semacam ini
juga tidak wantek, mudah berubah-ubah seperti halnya mahabbah sifatiyah, yang
wantek adalah :
MAHABBAH DZATIYYAH.
Cinta kepada dzatnya atau
wujudnya yang dicintai, bagaimanapun keadaan dan rupa serta bentuknya. Inilah
cinta sejati.
Mahabbatulloh wa
mahabbatur-Rosul shollallohu’alaihi wasallam, seharusnya berkumpul-nya ketiga
macam cinta tersebut. Ya mahabbah sifatiyah ya mahabbah fi’liyah ya mahabbah
dzatiyah. Dan ini dapat ditumbuhkan di dalam hati dengan latihan-latihan,
memperbayak tafakkur dan rajin mujahadah Wahidiyah. tafakkur-berfikir terhadap
sifat JAMAL, Sifat JALAL dan sifat KAMAL Alloh SWT. Berfikir tentang keluhuran
budi dan kemulyaan Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam, kepada jasa-jasanya
yang tidak dapat kita gambarkan besar dan agungnya itu.
Di antara melatih mahabbah yaitu
seperti kata orang jawa ”witing trisno jalaran songko kulino”( =
permulaan cinta itu tumbuh dari kebiasaan ) ini di terapkan sebagai latihan
hati. Melihat bekasnya ( jawa-labet ) mahbub- kelihatan orangnya.
Melihat pakaiannya-kelihatan orangnya. Mendengar suaranya-kelihatan orangnya
dan seterusnya.
Begitu itu kita terapkan untuk
melatih hati kita cinta kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi
wasallam.segala makhluq ini adalah kepunyaan Alloh dan dari jiwa Rosululloh
shollallohu’alaihi wasallam. Maka melihat, mendengar, merasa makhluq,
seharusnya langsung ingat kepada Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam.
Dengan melatih hati seperti itu dalam setiap apa saja yang kita hadapi, insya
Alloh lama-lama akan tumbuh tunas-tunas mahabatulloh wa mahabatur-Rosul
shollallohu’alaihi wasallam. Sehingga betul-betul lebur tenggelam di dalam
mahbub. Dikatakan :
قاله صاحب الصلوات الوحدية "المحبة ان تهب كلك
فى المحبوب"
“Cinta yang sejati yaitu apabila engkau
menjadi lebur kedalam yang engkau cintai” (Mualif Sholawat Wahidiyah )
Di dalam kitab syarakh Al-Hikam
Ibnu ‘Ibad juz II halaman 63 dikatakan:
حقيقة المحبة ان تهب كلك لمن احببته حتى لايبقى منك شئ (ابن عباد الثانى :63 )
“Hakikat cinta adalah sekiranya engkau
meleburkan seluruh dirimu demi orang
yang engkau cintai sehingga tidak ada sesuatupun dari engkau yang tertinggal
untuk dirimu sendiri”
جعلنا الله واياكم من الذين يحبون الله ورسوله صلى
الله عليه وسلم ويحبهم الله ورسوله صلى الله عليه وسلم امين .يارب العالمين .
Semoga kita termasuk golongan
orang-orang yang mencintai Alloh wa Rosuulihi shollallohu’alaihi wasallam dan di cintai oleh Alloh Wa Rosuulihi
shollallohu’alaihi wasallam . Amin .![5]
IKHLAS.
- الاخلاص
: في اللغة ترك الرياء في الطاعة, وفي الاصطلاح تخليص القلب عن شائبة الشوب
المكدٌر لصفائه, وتحقيقه أن كل شيء يتصور أن يشوبه غيره, فاذا صفاعن شوبه وخلص عنه
يسمىخالصا, ويسمى فعل المخلص اخلاصا. قال الله تعالى :( من بين فرث ودم لبنا خالصا
), فانما خلوص اللبن ان لايكون فيه شوب من الفرث والدم, وقال الفضيل بن عياض : ترك
العمل لاجل الناس رياء والعمل لاجله شرك, الاخلاص من هذين.( كتاب التعريفات : 13)
- الاخلاص
: ان لا تطلب لعملك شاهدا غير الله. وقيل : الاخلاص تصفية الاعمال من الكدورات.
وقيل : الاخلاص ستر بين العبد وبين الله تعالى لايعلمه ملك : فيكتبه. ولا شيطان
فيفسده. ولا هوى فيميله. والفرق بين الاخلاص والصدق ان الصدق اصل. وهو الاول.
والاخلاص فرع. وهو تابع. وفرق اخر: الاخلاص لايكون الا بعد الدخول في العمل. (كتاب
التعريفات : 14)
- الشريعة
: هي الائتمار بالتزام العبودية. وقيل الشريعة هي الطريق في الدين.
- المخلص
: بفتح اللام هم الذين صفاهم الله عن الشرك والمعاصي, وبكسرها هم الذين اخلصوا
العبادة لله تعالى, فلم يشركوا به ولم يعصواه, وقيل من يخفي حسنته كما يخفي سيئاته.
Ikhlas menurut
arti bahasa adalah ”murni”. Tidak ada campuran sedikitpun. Maksudnya, di dalam
menjalankan amal ibadah apa saja disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih
apapun. Baik pamrih ukhrowi lebih-lebih pamrih duniawi, baik pamrih yang
bersifat moral/ batin lebih-lebih pamrih dalam bentuk material. Ibadah apa
saja. Baik ibadah yang berhubungan langsung kepada Alloh Wa Rosuulihi
shollallohu alaihi wasallam maupun yang berhubungan di dalam kehidupan
bermasyarakat, terhadap sesama makhluq pada umumnya. Hal ini sudah kita bahas
di bab LILLAH di muka.
Ikhlas itu di
kategorikan kedalam tiga tingkatan:
-
“IKHLAASHUL-‘AABIDIIN” إخلاص العابدين
-
“IKHLAASHUZ-‘ZAAHIDIIN” إخلاص
الزاهدين
-
“IKHLAASHUL-‘AARIFIIN” إخلاص
العارفين
“IKHLAASHUL-‘AABIDIIN:
Yaitu ikhlasnya
golongan ahli ibadah. Menjalankan ibadah dengan mengharap imbalan pahala :
ingin sorga, takut neraka dan sebagainya.
Ibadahnya
memang bersemangat, takut dan rajin, akan tetapi didorong oleh
keinginan-keinginan atau pamrih itu tadi. Ya sudah ikhlas tapi minta upah.
Seandainya Alloh tidak menjadikan surga dan neraka, lalu apakah lagi yang
diharapkan dan yang di jadikan pendorong semangat beribadah. Apakah lalu tidak
melaksanakan ibadah, atau menjadi malas ?. Disinilah negatifnya. Bahkan di
samping negatif itu ada lagi negatif lain lebi berat. Yaitu perasaan dan
pengakuan diri mempunyai kemampuan dapat dapat melakukan ibadah. Dengan
demikian pasti timbul, ujub riak, takabur dan sebagainya itu adalah pertingkah
hati yang merusak nilai-nilai ibadah sehingga ibadah tersebut ditolak, tidak
diterima oleh Allah Subhanahuu wata’alaa. Jangankan mendapat pahalanya,
diterima saja tidak. Rugi besar. Bahkan disamping ditolak ibadah yang ditolak
itu kelak diakhirat dirupakan siksa untuk menyiksa yang bersangkutan. Mari kita
koreksi keikhlasan diri kita selama ini, dan mari kita tingkatkan kepada ikhlas
yang lebih mulus lebih murni karena Allah Subhanahuu wata’alaa.
“IKHLAASUZ-ZAAHIDIIN”.
Yaitu ikhlasnya
orang-orang ahli zuhud (orang yang bertapa). Ada yang menyebutnya “IKHLASHUL
MUHIBBIIN” yakni ikhlashnya orang-orang ahli mahabbah. Yaitu menjalan-kan amal
ibadah dengan ikhlash tanpa pamrih, tidak karena ingin surga dan tidak karena
takut neraka. Sudah bener-benar LILLAH, semata-mata “IBTIGHO-AN WAJHALLOOH”-
mengharap keridlaan Allah Subhanahuu wata’alaa.
Ikhlash seperti
itu ya sudah baik, akan tetapi masih ada bahayanya. Yaitu masih mengaku atau
merasa mempunyai kemampuan dapat melakukan ibadah sendiri. Tidak merasa BILLAH.
Pengakuan seperti itu sangat berbahaya sebab otomatis di dalam hatinya lalu
tumbuh cendawan-cendawan ujub, riya’, takabbur dan lain-lain yang merusak
ibadahnya sehingga ibadahnya ditolak, tidak diterima oleh Alloh Subhanahuu
wata’ala, sedangkan ia tidak merasa bahkan malah mengaku ibadahnya sudah baik,
paling baik, paling ikhlas, paling mulus semata-mata karena Allah!.
Maka ikhlas
seperti ini harus ditingkatkan menjadi ikhlas yang ketiga yaitu :
“IKHLAASHUL-‘AARIFIIN”.
Mengerjakan
ibadah semata-mata menjalankan perintah Alloh Subhanahuu wata’ala, tidak karena
menengok pahala atau ingin sorga dan takut neraka. Betul-betul ikhlash LILLAAHI
TA”ALAA tanpa pamrih suatu apapun. Dan di dalam menjalankan ibadah itu dia
tidak mengaku dan tidak merasa dapat melakukannya sendiri, melainkan merasa
Billah. Lahaula Wala Qunwata Illaa Billaah. Inilah yang dimaksud ikhlash
:
الاخلاص ترك الاخلاص في الاخلاص
(Yang dinamakan
ikhlas yang benar yaitu tidak merasa ikhlas (meninggalkan ikhlas) di dalam
keadaan ikhlas).
“Meninggalkan
ikhlas” artinya tidak merasa dirinya dapat berbuat ikhlas, melainkan merasa
BILLAH.
“Dalam keadaan
ikhlas” artinya sungguh-sungguh LILLAH. Tidak karena ingin surga atau takut
neraka.
Dalil al-Qur’an
yang menyebutkan keharusan ikhlas antara lain :
انا
انزلنااليك الكتاب بالحق فاعبدالله مخلصا له عبدين (29- الزمر : 3)
“Sesungguhnya
KAMI menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah (beribadahlah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)
kepada-NYA”. (29-Al-Zumar : 3)
وما امروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين (98-البينة : 5)
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya mereka menyembah (beribadah kepada) Allah
dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-NYA” (98-Al-Bayyinah : 5)
Bersabda
Rasulullah shallalloohu ‘alaihi wasallam :
طوبى للمخلصين اولئك مصابح الهدى تنجلى عنهم
كل فتنة ظلماء رواه ابونعيم عن ثوبان
“Berbahagialah
bagi orang-orang yang (beramal dengan) ikhlas, mereka adalah lampu-lampu
petunjuk yang segala fitnah diserupakan dengan kegelapan menjadi kelihatan
jelas dari (karena) mereka)” (HR. Abu Nuaim dari Tsauban).
Ikhlas itu
besar sekali pengaruhnya kepada manfa’at tidaknya amal-amal ibadah atau
perbuatan-perbuatan apa saja. Disebutkan di dalam kitab Al-Hikam :
الاعمال
صور قائمة وارواحها وجود سر الاخلاص فيها
الحكم الاول : 11
“Amal-amal
ibadah itu (hanya) sebagai gambar hidup yang berdiri, dan jiwanya adalah
wujudnya rahasia ikhlash di dalam amal-amal ibadaah itu” (Al-Hikam I :11).
Kesimpulannya, amal-amal ibadah
apa saja jika tidak dijiwai dengan ikhlas berarti tidak hidup, mati bagaikan bangkai.
Tidak membawa manfaat sama sekali. Malah, Maaf menjijikkan seperti bangkai dan
harus segera dikubur. Syekh Sahal At-Tustari berkata :
الناس كلهم هلكى الا العالمون والعالمون
كلهم هلكى الا العملون والعملون كلهم هلكى الا المخلصون والمخلصون كلهم على خطر
عظيم الاحياء الاول
“Semua manusia
akan hancur kecuali yang berilmu; dan yang berilmu juga hancur kecuali yang
mengamalkan ilmunya; yang berilmu dan sudah mengamalkan ilmunya juga akan
hancur, kecuali yang ihklas di dalam beramal; dan yang sudah ihklaspun masih
dalam teka-teki besar”. Ihya’ juz 1
Masih teka-teki
maksudnya masih tanda tanya, termasuk ikhlas yang mana diantara tiga tingkatan ikhlas
tersebut di muka.
Jadi maksudnya,
jika belum Lillah-Billah istilah Wahidiyah, belum sempurnalah ikhlas itu.
Berarti masih akan mengalami kehancuran seperti dikatakan Syekh Sahal
At-Tustari tersebut. Yang sudah Lillah-Billah juga masih bertingkat-tingkat
sudah betul-betul 100% kah Lillah-Billah-nya, atau masih kecampuran
LINNAFSI-BINNAFSI. Maka oleh sebab itu perlu senantiasa adanya koreksi dan
usaha kearah peningkatan.
Insya Alloh dan
alhamdulillah menurut pengalaman dengan lebih tekun Mujahadah Wahidiyah dan
terus-menerus melatih LILLAH-BILLAH dan seterusnya serta aktif melaksanakan
tugas-tugas perjuangan Fafirruu ilalloohi wa Rosuulihi hallalloohu ‘alaihi
wasallam menurut bidangnya sendiri-sendiri, dikaruniai peningkatan-peningkatan.[6]
TADZALLUL (تذلل )
Tadzalulul
ialah merendahkan diri serendah-rendahnya (di hadapan Allah)[7].
واذكر
ربك في نفسك (أي سرٌا \ تضرعا \ تذللا…
(الاعراف: 2 –الصاوي, ج 2: 115)
“Dan
ingatlah pada Tuhanmu dalam hatimu dengan berdepe-depe, merasa hina… (Al-Shawy juz II, hal 115)[8]
Tuntunan
Mujahadah, DPP PSW
Bakdul Auliya
mengatakan:
الاقبال
الىالله ورسوله صلى الله عليه وسلم : بشدة الذل والانكسار مع التبري عن الحول
والقوة اصل كل خيردنيوي واخروي
Menghadap-termasuk
berdoa kepada Alloh (dan Rosul. NYA shallalloohu ‘alaihi wasallam ) dengan
sungguh-sungguh tdzollul merasa hina nlongso meratapi dosa dan merasa sangat
butuh sekali pertolongan serta merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan adalah
pangkal segala kebaikan dunia dan akhirat. (Taqriibu Al-Ushuul: 156)[9]
TADLOLLUL
الضالين
وهم الذين فقدوا العلم فهم هائمون في الضلالة لايهتدون الى الحق[10]
:الضلال
فى كلام العر ب هوالذهاب عن سنن القصد:وطريق الحق: ومنهم قولهم :ضل اللبن فى الماء
اغاب
قال
تعالى"( وقالوا اذا ضللنا فىالارض ) اىغبنا بالموت فيها وصرنا ترابا (روائع
البيان,جز ا, ص :29)
“Dlolal
menurut kalam Arob ialah yang hilang dari aturan baku suatu tujuan, dan dari
jalan haq. Dan menurut perkataan
sebagian orang Arob dlollal ialah “hilangnya susu di dalam air”. Dan firman
Alloh Subhanaahu Wa Ta’ala: “Dan orang-orang berkata, ketika kita hilang di
dalam bumi,” yakni kita hilang dengan mati di dalam bumi, dan kita menjadi
debu”. (srowai‘u Al-bayan jus I, hal. 29)
MAGHFIRAH
المغفرة
بمعنى السترلأنه تعالى يسترعلى عباده قبائحهم في محيهافى الدنيا عن الناس وفى
الاخرة عن الملا ئكة محيهافى الدنيا عن الناس وفى الاخرة عن الملائكة ولوكانت
موجودة فى الصحف
Maghfiroh
itu adalah tutup, karena Tuhan menutup kejelekan hamba hingga tertutup dari
insan di dunia dan dari malaikat di akhirat walapun cacatnya masih ada.
المغفرة
هي ان يسترالقادر القبيح الصادر ممن تحت قدرته حت ان العبد إن ستر عيب سيده مخافة
عتابه لايقال غفر له[11]
الاستغفار
طلب المغفرة بعدرؤية قبح المعصية . والاعراض عنها[12]
وقيل
الغافر هو الذي يغفربعض النوب والغفور هوالذي يغفر اكثرها والغفا وهوالذي
يغفرجميعها
“Artinya: telah dikatakan “ Ghofir memaafkan sebagian dosa”
”Ghofuur memaafkan sebagian banyak
dosa”
“Ghoffaaru memaafkan semua dosa”[13]
فاعلم
انه لااله الا الله واستغفرلذنبك وللمؤمنين ( سورة محمد اية 19)
“Maka ketahuilah, bahwasesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan mohonkanlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmim”
(QS.
Muhammad : 19)
والذين
جاْءو من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولا تجعل فى
قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رؤف الرحيم ( 59- الحسر : 10 )
“Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan anshar), mereka berdoa:
“Yaa Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman ; Yaa tuhan kaami , sesunggihnya engkau
maha penyaantun lagi maha penyayang”.
(QS. Al-Chasr:
10)
HIDAAYAH (
هـداية )
27.
الهداية : هي الدلالة على ما يوصل الىالمطلوب. وقد يقال هي سلوك طريق يوصل الى
المطلوب. ( كتاب التعريفات : 25)
-الهدى
: هو ما ينقل للذبح من النعم الى الحرم. ( كتاب التعريفات : 256)
الهداية
في اللغة تأتي بمعنى الدلالة كقوله تعالى: (فأما ثمود فهديناهم فاستحبوا العمى على
الهدى) وتأتي بمعنى الارشاد وتمكين الايمان في القلب كما قال تعالى: (إنك لاتهدي من احببت ولكن الله يهدي من
يشاء) (روائع البيان, ج 1,ص 28)
Hidayah dari
Allah dapat diperoleh atau diusahaakan dengaan upaya manusia. Firman Allah
dalam Al-qur’aan surat no: 29 Al-Ankaabut : 69 berrbunyi :
الهداية
: الدلالة على ما يوصل الى المطلوب ز وقد يقال هي سلوك طريق يوصل الى المطلوب.[14]
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وان الله لمع
المحسنين (29-العنكبوت : 69)
“Dan
orang-orang yang berjihat untuk (mencari keridlaan) KAMI, sungguh-sungguh akan
KAMI tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI daan sesungguhnyaa Aallah
bersama-sama oraang yang berbuat kebaikan” (QS.29- Al-Ankabut :69”.
المجاهدة
مفتاح الهداية, لا مفتاح لها سواها
(الاحياء, ج1, ص 39)
“Mujahadah
adalah kumcinya hidayah, tidak adaa kunci untuk memperoleh hidayah selain
muhadah”. (Ihya’ juz I, hal 39)
Orang yang jauh dari Allah tidak akan mendapat hidayah. Baraangsiapa
tidak mendapat hidayah Allah pasti sesat jalan dan ahirnya sengsara dan
mengalami kehancuran. Maaka oleh karena itu, di saamping ilmu pengetaahuan
harus kitaa pelajari, harus kita tuntut, ilmu pengetaahuaan apaasaajaa terutama
yang ada hubungannya dengan soal-soal membersihkan hati, yang berkaitan dengan
masalah operasi mentaal unttuk memperoleh ketenaangan baatin dan ketentraaman
jiwa, tidak boleh diabaikaan yaitu usaha memperroleh hidayah Allah subhaanahu
wa ta’alaaa.[15]
TAUFIIQ = ( التوفيق )
التوفيق
: جعل الله فعل عباده موافقا لما يحبه ويرضاه
Taufiiq :
“Allah telah menjadikan perbuatan hambanya sesuai dengan sesuatu yang dicintai
dan diridlainya”.[16]
SYAFA’AH
RASUL
20. الشفاعة
-الشفاعة
: هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه. (كتاب التعريفات :
127)
-الشفعة
: هي تمليك بقعة جبرا بما قام على المشتري بالشركة والجوار.( كتاب التعريفات :
127)
Menurut arti bahasa kata “Syafa’at” mepunyai
pengertian pertolongan. Syafa’at hasanatan, berarti suatu pertolongan yang
membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan, adalah suatu pertolongan
yang membawa kepada kemungkaran. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud
adalah syafa’atan hasanatan.
Menurut arti istilah adalah memohonkan kebaikan dari
atau oleh orang lain untuk orang lain.
الشفاعة سؤال الخير من الغير للغير
“Yang disebut syafa’at adalah memohonkan
kebaikan dari atau oleh orang lain umtuk orang lain”.[17]
الشفاعة هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي
وقع الجناية في حقه[18]
Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain.
Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau
imbalan jasa. Memberi jasa, baik diminta maupn tidak diminta.
Di dalam penggunaan istilah,
pada umumnya sebutan “Syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang husus dari
Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Sedangkan pertolongan yang diberikan
oleh selain kanjeng nabi shallallohu ‘alaihi wasallam umpamanya oleh para Wali
yang lebih tua umurnya di sebut barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau
jangkungan, sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya.
Syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at Kanjeng Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam itu dapat terjadi di dunia dan ahirat. Yang di
dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harta
adalah iman dan islam di dada setiap Muslim dan Mu’min. Boleh dikatakan bahwa
syafa’at , Islam tuntunan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah
syafa’at Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan seperti kita sadari dari
kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut
disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui
para sahabat radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para
Tabi’I Al-Tabi’I, para Ulama salaf, para Auliya’, par Sholihin, para Ulama
Khalaf, para Kiai, para cendikiawaan, para Ustadz, para guru ahirnya sampai
kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan
Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam.
Mereka itu adalah penyaambung/penyalur syafa’at Rasul shallallohu ‘alaihi
wasallam kepada para lapisan masarakat.Dapat kita fahami bahwa mereka dapat
menjalankan fungsinya sebagai penyalur safa’at adalah juga dari safa’at
Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan begitu seterusnya,sambung
bersambung. Tanpa Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mereka tidak dapat
melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam
dan faham-faham keagamaan seperti ini.
Begitu gambaran luasnya safa’at
Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam di dunia ini,dan begitu penting dan
berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung
betapa besarnya nilai safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam itu.suatu
pertolongan yang sangat kita butuhkan.kita butuhkan untuk membawa diri kita
kepada kebaikan,kesejahteraan dan kebahagiaan hisup di dunia dan di akhirot.kita
butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan
dan kekejihan yang akan membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia
akhirat.
Adapun safa’at kanjeng Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam di akhirot kelak, yang disebut "SAFA’ATUL
’UDHMA” Adalah pertolongan agung yang sangat di butuhkan oleh seluruh ummat
manusia di padang mahsyar kelak di akhirat.di padang mahsyar itu nanti seluruh
ummat manusia dari zaman nenek moyang kita,Kanjeng Nabi Adam’laihis –
sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir menemui hari Qiyaah di kumpulkan
semua.terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan
ummat maanusia yang memmuncakdan belum pernah dialami sebelumnya.di bawah
pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu di kebawahkan oleh
Alloh hanya tinggal setinggi galah,tiap-tiap manusia mengalami
problem-problenya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di
dunia.di sebut “Yaumul-hasyri” atau hari
berkonfromtasi saling berhadap-hadapan satu sama lain.baik bapak baik ibu,baik
anak baik saudaradan sebagainya saling tuntut-menuntut,saling tuduh-menuduh
satu sama lain.satu sama lain melarikan diri ketakutan takut terkena
tuntutan.
Pertolongan mutlak milik Alloh,
dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya, termasuk Alloh berkehendak memberikan hak Syafa’at
bagi makhluknya, misalnya ; kepada Rosul utusan-NYA, syafa’at Rosul ini adalah dengan idzin Alloh dan tidak
mengurangi milik Alloh yang mutlak seperti firman Alloh SWT.
قل لله الشفاعة جميعا (39 الزمر :44)
Katakanlah ; “Hanya kepunyan Alloh Syafa’at itu
semuanya (39- Az-Zumar : 44 )
Ada sebagian
orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi
syafa’at, sehingga mohon syafa’at kepada
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam sama artinya dengan syirik dan sesat.
Dengan menggunakan ayat
tersebut, sebagai dasar bagi pendapatnya bukan pada tempatnya, ada dua alasan
untuk menolak pendapat tersebut :
1.
Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang
melarang permohonan Syafa’at kepada Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam .
2.
Ayat diatas tidak menunjukan larangan mohon
Syafa;at, namun searti dengan ayat–ayat lain yang menjelasakan kemutlakan
kekuasaan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu
apapun. Hal ini mempunyai Pengertian bahwa Alloh dapat menganugrahkan apa dan
siapa saja sesuai kehendaknya ,
Firman Alloh
dalam Al- Qur’an yang menerangkan tentang anugerah Alloh kepada Hambanya untuk memberi kan
syafa’at kepada hambanya seperti di bawah ini
ولايملك
الذين الشفاعة الامن شهد بالحق وهم يعلمون (43- الزخروف :86)
“(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari padanya, tiada mempunyai
syafa’at(pertolongan), kecuali orang-orang yang mengaku dengan kebenaran,
sedang mereka mengetahui”.
(QS. Al-Zukhruf: 86)
يومئذ
لاتنفع الشفاعة الامن اذن له الرحمن ورضي له قولا
(20-طه :109 )
“Pada hari itu tiada bermanfaat pertolongan, kecuali orang yang
telah di izinkan oleh Yang Maha Pengasih dan disukai perkataannya”.
Syafa’at bukan lain adalah memohonkan kebaikan dari
orang lain untuk orang lain . Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian
mahluk Allah yang di anugerahi dapat memberi syafaat
kepada yang lainnya. Kalau
toh ada ayat-ayat yang tidak mebenarkan adanya syafa’at,seperti : QS.
Al-Baqqrqh: 48, 123 dan QS. Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan
orang-orang musyrik.
Mohon syafa’at kepada
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
berarti seseorang mohon supaya Beliau Rosululloh shollallohu 'alaihi wa
sallam sudi mem,berikan pertolongan
untuk memohonkan kepada Alloh Subhaanahu
wa ta'aala agar Alloh berkenan mengsbulkan permohonan tersebut.
Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syfa’at dengan idzin Alloh
telah dijelaskan dalam beberapa Hadist
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يشفع يوم
القيامة تلاتة , الأنبياء , تم العلماء تم
الشهداء (روه ابن ماجه عن عثمان رضى الله عنه )
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at
besuk pada Yaumul Qiyamah ada Tiga ; yaitu
Para Ambiya’ kemudian para Ulama’ kemudian para Syuhada’ (HR. Ibnu Majah
dari Utsman RA.)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :يشفع الشهيد فى
سبعين من اهل بيته (روه ابو دوود عن ابى الدرداء)
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda
“ seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari Ashli
baitnya”HR. Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ )
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد
أدم ولا فخر وانااول من تنسق عنه الارض
وانااول شافع واول مشفع , بيدى لواء الحمد تحته أدم فمن دونه (رواه الترميذ وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري
والحكم عن جابر باسناد صحيح )
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda : Aku adalah Sayyid dari cucu anak Adam dan
tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari
kubur, dan Aku adalah orang pertama yang membedrikan syafra’t dan orang pertama
yang diterima syafa’atnya, di tangan-Ku-lah bendera puji dan dobawah bendara
itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang liannya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu
Majah dari Abi said Al- Hudriyyi dan Al-Hakim dari Jabir RA)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من زار قبرى
وجبت له شفاعتى (رواه ابن عدي والبيهقىعن ابن عمر)
“Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda : bzrzng siapa ziarzh ke kuburku maka wajib atasnya
syafa’atku”.( HR. Ibnu Adi dan
Baihaqidari Ibnu Umar ).
التشفٌع بالنبيٌ صلى الله عليه وسلم في كلٌ مكان
نافع فلم يقبل الاالوصول الى النبيٌ صلى الله عليه وسلم (شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an kepada Kanjeng Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam, di tempat manapun adalah manfa’at, dan pasti
diterima oleh Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam”. (Syawahudu Al-Haq :
203)
وانه صلى الله عليه وسلم مقبول الشفاعة عند الله في
الدنيا والاخرة ويتوسٌلون به اليه تعالى ليبـلٌغهم مناهم في دنياهم وأخراهم فقد
شاركوا في هذا المعنى اعلم العلماء (شـواهد الحق : 45)
“Daan sesungguhnya Kanjeng Nabi shallallohu
‘alaihi wasallam itu pasti makbul diterima syafa’atnya disisi Allah baik di
dunia maupun di ahirat. Dan orang-orang Islam sama berwasilah kepada Kanjeng
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dalam memohon kepada Allah Ta’ala agar Kanjeng
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkenan menyampaikan hajat keinginan mereka
di dunia dan ahirat. Maka para Ulama yang Alim-alim telah sepakat di dalam
pengertian tersebut”.
Memohon syafa’at kepada
Rosululloh pada masa hidup-NYA atau
sepeninggalan-NYA sama saja dalam hukum Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad ini, sehubungan dengan orang yang
mati Sabilillah tidak dapat disamakan dengan umumnya manusia tentang bagaimana
keadaan setelah pindah ke alam barzah
Alloh Subhaanahu wa ta'aala
menjelaskan dalam Firman-Nya : PPK/158
ولاتقولوا لمن يقتل في سبيل الله اموات بل احياء
ولكن لاتشعرون (البقرة : 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu
hidup di alam lain, tetapi kalian tidak menyadarinya”
(QS. Surat Al Baqoroh 154).
ولا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل
أحياء عند ربهم يرزقون (ال عمران 169)
“dan janganlah kalian mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka itu (sebenarnya)
hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali
Imrom 169)
Berdasarkan ayat diatas orang
gugur dijalan Agama Alloh tetap hidup di sisi Alloh apa lagi para Ambiya’ dan
Rosul serta orang –orang sholih seperti para Shahabat Nabi.
Apa gunanya Agama menganjurkan kepada kita untuk
mengucapakan salam kepada yang telah meninggal , kalau kita tetap berpendapat
bahwa mereka mati seperti manusia pada
umumnya , bukankah hal ini betentangan
dengan ayat tersebut ? dan bagaimana hukumnya bila seseorang sudah tidak iman
kepada ayat Al-Qur’an ? Na ‘uudu
billaahi min Dzalik
Untuk lebih jelasnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
حياتى خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم
السنن واشرع لكم الشرائع, واما مماتى فان
اعمالكم تعرض فما رأ يت منها حسناحمدت
الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكم (رواه البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku-pun kebaikan bagi kamu serkalian. Adapun
Hidup-KU maka AKU memberikan tuntunan berbagai Sunnah kepada kamu sekalian dan
mengajarkan berbagai macam Syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-KU (yang juga kebaikan
bagi kamui sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamui sekalian
diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja
yang aku lihat dari padanya kebaikan, AKU
memuji kepada Alloh atas klebaikan itu,
dan apa AKU melihatnya keburukan, maka AKU memohonkan ampunan kepada Alloh
kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang
shohih).
ما من احديسلم عليٌ الاردٌ الله على روحى
حتى اردٌ عليه السلام (رواه احمد وابو دوود)
setiap salam yang disampaikan kepada-Ku oleh
seseorang, Alloh akan menyampaikan kepada Roh-Ku agar Aku menjawab salam itu.
(HR. Ahmad dan Abu Dawud )
Dalam hal ini sebagian Ulama berpendapat yang
berhubungan dengan kondisi Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam setelah
wafat tetap seperti beliau shallallohu ‘alaihi wasallam masih hidup dan status
oraang yang berrpendapat tentang tidak
ada manfa’aatnya setelah Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam meninggal
dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن اعتقد انٌ النبٌي صلٌى الله عليه وسلٌم لانفع
به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضلٌ المضلٌ
(تفسـير الصاوي ج1: 161)
“Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Kanjeng Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan beliau
shallallohu ‘alaihi wasallam berbeda seperti perorangan manusia biasa, maka
orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”.
(Tafsir
Al-Shawi juz 1, hal. 161)
TARBIYAH
RASUL
نقل
السيد احمد دخلا عن ابي الموا هب الشا ذلي رضي الله عنه ا نه كان يقول : لله عباد
يتولي تربيتهم النبي صلىالله عليه وسلم بنفسه من غير واسط بكثرة صلاتهم عليه
صلىلله عليه وسلم ( سعا دة الدارين:551)
Sayyid Ahmad
dahlan memindah qoul dari abi muwahid asy-asyadali rodiyalloohu,anhu
sesungguhnya iya berkata “Alloh memiliki hamba-hamba yang bimbinganya di
kuasakan kepada Nabi Muhammad shollallohu alihi wasallam tanpa perantasra sebab
banyaknya bacaan Sholawat mereka pada Nabi shollallohu alihi wasallam “.(kitab
sa’daatu Al-Daroini : 511)[19]
[3]
Materi
Up Grading Da’I Wahidiyah A, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, hal 144,
Kedonglo, th. 1989.
Komentar
Posting Komentar